Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Andono Warih menyebut ada dua faktor penyebab makin buruknya kualitas udara Jakarta. Pertama, faktor musim kemarau. Faktor kedua adalah kondisi di sekitar lokasi, termasuk adanya proyek pembangunan.
"Kita deteksi, kalau ada aktivitas lokal yang tidak seperti biasanya. Misal ada proyek atau konstruksi di sekitar titik pengukuran. Akan menghasilkan pengukuran yang lebih buruk," ucap Andono saat dihubungi, Kamis (25/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di pusat kota, Andono menyebut ada pembangunan trotoar di Jalan MH Thamrin. Proyek trotoar menghasilkan debu-debu yang memperburuk kualitas udara.
"Saya kemarin dapat laporan dari teman-teman Laboratorium LH, di seputaran Thamrin itu lagi pembenahan trotoar.... Kebetulan titik kami pun termonitor, pengukuran Dinas LH itu. Jadi akan berpengaruh," kata Andono.
Selain itu, pelebaran trotoar di Cikini memiliki pengaruh. Terlebih, di lokasi proyek selalu terjadi kemacetan.
"Sekarang sedang ada (pembangunan trotoar), di Cikini juga dilihat. Dari sumber primer sendiri bikin debu, sekunder juga nambah kemacetan kan asap lebih banyak. Kan di titik itu saat ini tentu akan ada peningkatan sementara ini," kata Andono.
Sebelumnya, DKI Jakarta menjadi salah satu wilayah yang mengalami polusi terburuk di dunia. Peringkat tersebut didasari data dari aplikasi pemantau kualitas udara AirVisual.
DKI Jakarta sempat menempati urutan pertama sebagai kota dengan polusi paling parah pada Kamis (25/7/2019) pagi tadi. Data AirVisual terus diperbarui setiap jam.
Data pada hari ini, AirVisual menunjukkan air quality index (AQI) DKI Jakarta lebih parah dari hari sebelumnya, Rabu (24/7), yaitu mencapai nilai 170. Hingga pukul 09.30 WIB, AQI di Jakarta menunjukkan nilai sebesar 158. Nilai tersebut menunjukkan udara di Jakarta dikategorikan tidak sehat.
Simak Video "Wadidaw! Hari Ini Jakarta Sempat Jadi Kota Terpolusi Dunia"
(aik/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini