Anies Jawab Suara Miring soal Bambu Getah Getih

Round-Up

Anies Jawab Suara Miring soal Bambu Getah Getih

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 20 Jul 2019 09:38 WIB
Bambu Getah Getih sebelum dan sesudah dibongkar. (dok detikcom)
Jakarta - Instalasi bambu Getah Getih yang bertahan 11 bulan di Bundaran HI, Jakarta Pusat, menuai kritik. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjawab kritik itu.

Anies menjelaskan anggaran instalasi tersebut mengalir ke rakyat kecil, seperti petani bambu. Anies juga mengungkap alasannya memilih bambu ketimbang besi.

"Anggaran itu ke mana perginya, perginya ke petani bambu. Uang itu diterima oleh rakyat kecil. Kalau saya memilih besi, maka itu impor dari Tiongkok mungkin besinya. Uangnya justru tidak ke rakyat kecil. Tapi kalau ini, justru Rp 550 juta itu diterima siapa? Petani bambu, perajin bambu," kata Anies di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (19/7/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Anies menuturkan proyeksi awal instalasi bambu tersebut memang hanya enam bulan. Dia menyebut instalasi dibuat hanya untuk menyemarakkan Asian Games 2018.

"Proyeksinya 6 bulan, memang bambu ada masa hidupnya. Alhamdulillah sekarang bisa 11 bulan. Semua yang kita pasang kemarin dalam rangka Asian Games," jelas Anies.

Anies mengatakan, jika bahan material besi yang digunakan, itu justru tidak memberdayakan warga. Dia menyebut sebagian besar uang mengalir ke petani.

"Kalau yang lain menggunakan besi belum tentu produksi itu produksi dalam negeri. Tapi kalau bambu, hampir saya pastikan tidak ada bambu impor. Bambunya produksi Jawa Barat, dikerjakannya oleh petani oleh perajin lokal. Jadi angka yang kemarin kita keluarkan diterimanya oleh rakyat kebanyakan," sebut Anies.

Anies memastikan akan ada pameran kesenian lokal, tapi untuk tempat tidak harus di lokasi bekas bambu Getah Getih. Dia mengatakan isu mengenai bambu Getah Getih hanya ramai di media sosial.

"Menurut saya, ini terlalu socmed. Sesuatu yang ramai di socmed aja. Ini kan sesuatu yang kita lakukan untuk menyambut Asian Games. Sudah selesai Asian Games-nya," tuturnya.


Anies menyamakan bambu Getah Getih dengan banner Asian Games 2018. Anies menyebut tujuan pemasangan bambu Getah Getih dengan banner sama, yaitu menyemarakkan Asian Games 2018.

"Anda cek aja banner-banner Asian Games itu harganya berapa. Itu dipakainya berapa lama, banner-banner itu begitu Asian Games selesai ya sudah," kata Anies kepada wartawan di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (19/7).


Anies menuturkan pembuatan instalasi bambu untuk menggerakkan perekonomian. Dia memastikan semua anggaran dinikmati petani dan perajin bambu.

"Jadi seperti anggaran tadi. Itu anggaran yang dikeluarkan dirasakan oleh kelompok masyarakat yang selama ini yang tidak selalu merasakan program pemerintah," jelasnya.

Pembangunan instalasi bambu Getah Getih yang dibongkar pada Rabu (17/7) itu menuai kritik. Salah satunya dari anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Hanura.

"Itu kan sia-sia sebetulnya sejak dari awal sia-sia. Karena sebuah karya seni yang sangat luar biasa sebenarnya. Seharusnya saat itu patung itu tidak dibuat dari bambu, karena bambu itu kan ada usia," kata Sekretaris Fraksi Hanura DPRD DKI Jakarta Veri Yonnefil saat dihubungi.


Sementara itu, Ketua Fraksi PKB DPRD DKI Jakarta Hasbiallah Ilyas tidak mempermasalahkan bambu Getah Getih dibongkar meski harga bambu terbilang cukup mahal, yakni Rp 550 juta. Sebab, kata Ilyas, dana yang dikeluarkan itu bukan dari APBD.

"Nggak ada masalah dibongkar, ya nggak ada masalah. Sebenarnya itu bukan pakai dana APBD, kalau nggak salah itu dana CSR," ujar Ilyas ketika dihubungi pada Jumat (19/7).

Lagi pula, kata Ilyas, bambu Getah Getih itu dibuat dalam rangka momen Asian Games. Saat itu, Pemprov DKI ingin menarik minat wisatawan berkunjung ke Jakarta.

"Ya nggak ada masalah, kecuali di waktu membuat itu tidak ada momen, kan ada momen waktu itu, Asian Games untuk mengenali keunikan bambu di negara lain, itu kan bagian dari seni, kalau seni tidak boleh kita hitung dengan angka. Tidak boleh dihitung dengan rupiah, tapi waktu itu untuk menarik wisatawan," ucapnya.

Hal senada disampaikan Ketua Fraksi Golkar DPRD DKI Jakarta Ashraf Ali. Apalagi, menurut Ashraf, instalasi bambu itu memang sudah rusak dan kurang memiliki nilai artistik.

"Itu hiasan biasa, bukan sesuatu yang luar biasa, nggak apa kalau memang itu kurang artistik, lagi pula sudah lama juga kan sudah rusak. Jadi ya nggak masalah," kata Ashraf.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads