DPR AS Tolak Resolusi Pemakzulan Trump di Tengah Heboh Komentar Rasis

DPR AS Tolak Resolusi Pemakzulan Trump di Tengah Heboh Komentar Rasis

Rita Uli Hutapea - detikNews
Kamis, 18 Jul 2019 17:10 WIB
Foto: REUTERS/Joshua Roberts
Washington - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat menolak resolusi mengenai upaya untuk memulai proses pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump.

Dalam voting yang digelar Rabu (17/7) waktu setempat, sebanyak 332 anggota DPR memilih untuk menolak resolusi pemakzulan tersebut, sementara 95 anggota DPR mendukungnya. Resolusi yang diajukan oleh legislator dari Partai Demokrat, Al Green ini untuk memutuskan apakah akan memulai prosedur untuk melengserkan Trump.

Keputusan DPR AS ini secara efektif membunuh keinginan untuk melengserkan Trump, setidaknya untuk saat ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Atas putusan itu, Trump pun berkomentar. "Ini mungkin proyek yang paling konyol dan menghabiskan waktu yang pernah saya hadapi," demikian cuitan Trump di Twitter. "Ini tak boleh dibiarkan terjadi lagi pada Presiden Amerika Serikat yang lain!" tulis Trump seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (18/7/2019).


Dalam acara kampanye di Greenville, North Carolina pada Rabu (17/7) waktu setempat, Trump juga menyinggung putusan DPR tersebut.

"Kami baru saja mendapat suara luar biasa untuk menolak pemakzulan," tuturnya kepada para wartawan seraya menyebut upaya pemakzulan tersebut sebagai "proyek paling konyol."

"Dan itulah akhirnya. Biarkan Demokrat kembali bekerja sekarang," imbuh Trump.

Al Green mengajukan resolusi ini sehari setelah DPR sepakat untuk mengecam Trump karena membuat komentar bernada rasis terhadap empat perempuan anggota kongres dari Partai Demokrat. Trump dikecam karena komentarnya bernada rasis terhadap empat perempuan anggota Kongres AS dari Partai Demokrat, yakni Alexandria Ocasio-Cortez, Ilhan Omar, Rashida Tlaib dan Ayanna Pressley.

Dalam pernyataan via Twitter pada Minggu (14/7) lalu, Trump menyebut keempat wanita anggota Kongres itu 'berasal dari negara-negara dengan pemerintahan kacau' dan menyatakan bahwa mereka 'harusnya kembali (ke negara asal)'.


Tak hanya itu, dalam pernyataan pada Senin (15/7) lalu, Trump menuduh wanita-wanita itu memiliki 'kecintaan' pada 'musuh (AS) seperti Al-Qaeda'. Diketahui bahwa Ocasio-Cortez atau yang dipanggil ACO -- mewakili New York -- merupakan keturunan Puerto Rico, kemudian Omar -- mewakili Minnesota -- merupakan keturunan Somalia, lalu Tlaib -- mewakili Michigan -- merupakan keturunan Palestina dan Pressley -- mewakili Massachusetts -- merupakan keturunan Afrika-Amerika.

Dalam komentarnya, Trump menyebut Omar 'meninggalkan Somalia, sebuah negara gagal' dan menyebut Omar 'membenci Israel, membenci Yahudi'.

"Mereka sangat tidak senang; saya mengamati mereka dan semua yang mereka lakukan adalah mengeluh. Jadi, jika Anda tidak senang, Anda bisa pergi. Saya yakini orang-orang tidak akan merindukan mereka," tegas Trump.


(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads