Situs Diduga Peninggalan Kahuripan di Sidoarjo Mulai Diekskavasi

Situs Diduga Peninggalan Kahuripan di Sidoarjo Mulai Diekskavasi

Suparno - detikNews
Selasa, 16 Jul 2019 19:11 WIB
Situs di Balongbendo mulai diekskavasi ( Foto: Suparno)
Sidoarjo - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Mojokerto melakukan eskavasi situs di Desa Watesari, Kecamatan Balongbendo Sidoarjo. Ekskavasi ini adalah yang pertama setelah situs yang diduga peninggalan kerajaan Kahuripan itu ditemukan warga pada 2018 lalu.

Ekskavasi situs berupa tumpukan batu bata menyerupai pondasi itu dilakukan enam orang dari perwakilan BPCB Jawa Timur.

Ekskavasi yang dilakukan petugas BPCB Jatim bersama warga sekitar serta komunitas penggiat budaya tersebut dimulai sekitar pukul 11.00 WIB. Warga sekitar membersihkan ranting-ranting pohon di sekitaran punden Mbah Sukirman guna mempermudah petugas mengeksplore temuan bersejarah tersebut.

Menurut Kepala Desa Watesari Sukisno, selama ditemukannya struktur bangunan yang diduga peninggalan kerajaan kahuripan tersebut, belum ada bantuan apapun dari pihak pemerintah daerah.


"Kalau bantuan pemerintah untuk ekskavasi ini belum ada, makanya kami memilih dana desa ini. Nilainya sekitar Rp 20 juta dipotong pajak," kata Sukisno di lokasi, Selasa (16/7/2019)

Pihaknya tertarik melakukan ekskavasi tersebut untuk menggali lebih dalam situs yang ada di Desanya. Paling tidak, pihaknya berharap setelah ekskavasi dan terlihat bentuk situs tersebut, dapat dijadikan destinasi wisata lain di Desa Watesari itu.

Semantara Ketua Tim BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan bahwa temuan struktur bangunan serta sumur di punden Mbh Sukirman memiliki kriteria sebagai cagar budaya sesuai undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya.

"Saat kami tinjau di tahun 2018 kemarin, memang memiliki kriteria cagar budaya," kata Wicaksono.

Rencananya, pihak BPCB Jatim akan melangsungkan ekskavasi selama empat hari. Selain itu, peninggalan situs tersebut dikaitkan dengan adanya prasasti Kamalagyan yang jaraknya kurang lebih 3,5 kilometer di arah barat dan adanya keberadaan Desa Trik sejauh 7 kilometer di arah timur laut.

"Kalau Kamalagyan menyebut pembangunan bendungan pada masa Airlangga, sedangkan Trik itu kita tahu pada masa awal-awal kerajaan majapahit. Nah, pemukiman di sini bagian dari mana, itu yang kita akan cari tahu dalam kegiatan ekskavasi ini," tambah Wicaksono.


Sementara itu di tempat yang sama Tri Kisnowo seorang penggiat budaya dari Laskar Nuswantara mengapresiasi BPCB dan pihak desa untuk mengekskavasi situs ini. Karena, situs itu nantinya bisa dijadikan destinasi wisata lain selain agrowisata tanam belimbing di desa setempat.

"Harapannya, tempat ini nantinya bisa jadi destinasi wisata," kata Tri

Yang tidak kalah penting, lanjut Tri, ekskavasi tersebut menggunakan dana desa karena sudah tidak ada solusi lain. Kita komunikasi dengan pihak kabupaten maupun dinas terkait, selalu tidak ada aturan. Padahal, kita sudah mengusulkan raperda inisiatif ke dewan dan terakhir di Bapemperda.

"Sehingga alternatifnya menggunakan dana desa menjadi solusi proses pelaksanaan ini eskavasi ini," tandas Tri.


(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.