"Pada Hari Sabtu kemarin dari Polsek Salaman, Polres Magelang, mengamankan satu orang tersangka penipuan. Penipuan, pengelapan uang berkaitan dengan rekrutmen PNS. Jadi, yang bersangkutan ini merupakan pensiunan Sekcam di Pemda Magelang, kemudian memberikan janji kepada para korban untuk bisa memasukan menjadi PNS," kata Kapolres Magelang AKBP Yudianto Adhi Nugroho dalam pres rilis di kantornya, Selasa (16/7/2019).
Pelaku yang merupakan warga Krapyak, Desa Paremono, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang ini meminta uang sebesar Rp 160 juta pada setiap korbannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbuatan tersebut dilakukan setelah ia pensiun dari PNS dengan jabatan terakhir sebagai Sekretaris Kecamatan (sekcam). Para korban dijanjikan menjadi PNS sejak tahun 2012, tapi hingga 2019 tidak kunjung terwujud. Salah seorang korbannya, Supriyono, warga Cilacap Utara, akhirnya melaporkan Abudhari ke Polsek Salaman, pada 1 Januari 2019.
Sejumlah barang bukti diamankan diantaranya ponsel dan sejumlah seragam PNS. Yudi mengungkapkan uang tersebut rencananya akan dipakai Abudhari untuk kebutuhan maju di pileg 2014.
"Dari hasil penipuan dan sebagian besar dari hasil penipuan digunakan untuk nyaleg tahun 2014. Caleg salah satu partai, namun gagal," kata Yudi.
"Modusnya, jadi yang bersangkutan ini karena pada saat itu butuh uang untuk nyaleg. Akhirnya menjanjikan, berspekulasi memberikan janji-janji pada saat awal penerimaan PNS, janji kepada satu orang korban ini bahwa bisa memasukkan PNS. Kemudian, korban berceritalah kepada korban-korban lain akhirnya terkumpul ada senam orang yang sudah memberikan uang," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, tersangka Abudhari Tri Putro mengaku dalam aksinya dia berdalih sudah mengirim berkas lamaran para korban ke kantor Badan Kepegawaian Negara (BKN) di Jakarta.
"Ya intinya (mengaku ke korban bahwa uang) untuk proses, biaya proses. Uang tidak dikirim, berkas saya pos kan ke sana. Saya kirim pos ke BKN, saya tidak pernah ngecek berkas sampai atau tidak," tuturnya
Abudhari mengaku melancarkan aksinya ini seorang diri.
"Sosialisasi saya lewat salah satu teman, tahunya lewat teman. Tidak ada orang dalam, saya menyampaikan pernah memasukkan untuk menyakinkan korbannya," ujarnya.
Kemudian para korban pun diyakinkan pula untuk membeli seragam Korpri. Hal tersebut sebagai antisipasi jika nantinya ada panggilan telah memiliki seragam.
"Setelah saya pensiun itu, saya direkrut jadi salah satu pengurus di Partai Hanura. Bahwa pengurus harus jadi caleg, dengan itulah njur, kebutuhan. Saya punya keyakinan, kalau seperti ini bisa," ujarnya.
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini