Lapas Jelekong saat ini mengalami kelebihan kapasitas. "Jumlah napi 1.424 orang, sedangkan daya tampung kurang lebih 800 orang," kata Kalapas Jelekong Gungun Gunawan via pesan singkat, Jumat (12/7/2019).
Soal indikasi aktivitas seks menyimpang, Gungun mengungkapkan, dalam konteks lingkungan pemasyarakatan atau penjara, tidak dipungkiri fenomena tersebut dapat terjadi. Pemicunya bisa saja dari warga binaan dengan latar belakang lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) atau napi berubah menjadi LGBT karena berbagai faktor, salah satunya overkapasitas penjara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski tidak pernah ada kejadian seks menyimpang, pihaknya pernah memantau napi yang perilakunya berbeda dengan pria pada umumnya. "Kalau dari segi fisik memang ada warga binaan yang dari gesturnya disinyalir mempunyai kelainan seks, karena walaupun fisiknya lelaki, tapi dia bersikap seolah seperti perempuan. Dia senang digoda oleh sesama laki-laki," katanya.
"Kalau pun ada (aktivitas seks menyimpang), kami akan bersikap tegas dengan memberlakukan sanksi bagi yang terlibat, baik berupa (hukuman) pengisolasian atau bahkan memindahkan yang bersangkutan ke UPT lain dengan pengawasan yang lebih maksimal," Gungun menambahkan.
Pihak Lapas Jelekong berupaya preventif agar praktek seks menyimpang tidak terjadi di tempatnya. Caranya, sambung Gungun, mengalihkan hasrat seksual para warga binaan ke kegiatan yang lebih positif, semacam olahraga, bermain musik atau seni tradisional, dan kegiatan kerohanian.
"Sehingga sedikitnya ketika timbul hasrat seksual, mereka teralihkan dengan kegiatan lain. Sekali lagi, kami sampaikan bahwa praktik penyimpangan seks mungkin saja terjadi, tetapi tentu kita punya upaya dan cara lain untuk mencegah terjadinya penyimpangan seksual di dalam lapas," kata Gungun.
(bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini