LTW melibatkan para peternak dan petani daerah untuk mengelola stok hewan kurban dengan pola pemberdayaan yang menyejahterakan.
Salah satu warga lokal yang terlibat dalam program ini adalah Wage. Pria berusia 50 ini awalnya adalah seorang petani di Desa Gadu, Kecamatan Sambong, Blora, Jawa Tengah.
Ia mengaku kepincut dengan LTW yang ditawarkan oleh ACT. Program yang diikutinya sejak 2010 ini cukup banyak mengubah jalan hidupnya.
"Dulu saya sebagai petani, terus pemelihara kambing, karena ada program LTW, saya ditawari untuk gabung LTW," kata Wage saat ditemui di Blora, Jawa Tengah, Kamis (11/7/2019).
Sebelum gabung ke LTW, ia tak pernah terpikir bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga ke bangku kuliah. Menurutnya, hasil yang didapat dari program ini cukup baik bagi perekonomian keluarganya.
"Hasilnya bagus juga, saya dulu mikir anak saya itu nggak bisa saya sekolahin sampai SMA. Itu ya alhamdulillah bisa nyekolahin SMA, terus yang pertama bisa nguliahkan. Yang kedua ini kuliah juga di Semarang, tiap bulannya itu ya ekonominya tambah," tuturnya.
Sebagai seorang petani, ujar Wage, penghasilannya tidak menentu. Namun, sejak menjadi peternak kambing, pendapatannya pun mulai pasti. Ia berujar saat ini memiliki 180 ekor kambing. Untung bersih yang didapat Wage per kambing adalah Rp 10 ribu tiap bulan. Sedangkan saat ini jumlah kambing di kandang penggemukkan ada ribuan ekor.
"Ini per bulan Rp 10 ribu. Kalau saya memelihara 180 kambing, ya Rp 10 ribu kali 180, jadi Rp 1,8 juta saya dapat per bulan," kata Wage.
Selain merasa terbantu, ia juga mengaku sangat berterima kasih kepada ACT. Berkat program LTW, ia berkesempatan menunaikan umrah ke Tanah Suci pada 2016.
Ditemui dalam kesempatan berbeda, Direktur Komunikasi ACT Lukman Aziz mengatakan setiap tahun ACT memberangkatkan satu peternak dari program LTW. Syaratnya, tidak ada kematian hewan ternak selama satu tahun. Selain itu, bobot hewan kurban wajib di atas 27 kilogram per ekornya. Juga beberapa persyaratan lainnya.
"Tahun kemarin (2018) empat peternak dari Blora yang dihadiahi umrah," ujarnya.
Saat ini, di Blora ada total 9 desa binaan di LTW Blora. Dengan jumlah 42 peternak yang diberdayakan, total 792 jiwa penerima manfaat, dengan lahan yang dikelola ada 32 hektare. Untuk jumlah kambing di Blora pada 2019, ada 11.926 ekor dan 5.104 kambing yang siap dikurbankan dari Blora.
Adapun sebagai lembaga pengelola kurban profesional, Global Qurban (GQ)-ACT pun terus berkomitmen untuk memperluas maslahat kurban. Lewat berbagai macam program inovatif, Global Qurban berupaya menghadirkan lebih banyak kemudahan berkurban, sehingga Idul Adha bisa menjadi sarana elaborasi persaudaraan yang baik antara pekurban dan penerima daging kurban.
Sejalan dengan itu, Vice President ACT Ibnu Khajar menambahkan, program "Dermawan Berqurban, Berkahnya Bahagiakan Dunia" hadir karena ACT meyakini Indonesia masih dipenuhi oleh masyarakat yang memiliki jiwa dermawan.
Pilihan program dari Global Qurban sejatinya dapat meringankan para dermawan menunaikan ibadah kurban setiap tahunnya. Tuntutan dan perkembangan zaman dalam menghadirkan kemudahan bertransaksi menjadi ikhtiar utama yang dijalankan melalui marketplace, crowdfunding, dan situs web globalqurban.com
Selain itu, Global Qurban terus meningkatkan jejaring kemitraan yang artinya menambah lagi opsi kemudahan berkurban. Jejaring lokal bertambah, jejaring luar negeri diluaskan, saling berkolaborasi, menyukseskan perayaan akbar lebaran kurban.
"Insyaallah di tahun ini, kami niatkan untuk menyalurkan 100 ribu kurban setara kambing yang akan menyasar kembali 34 provinsi di Indonesia dan menjangkau 50 negara, serta menyapa 7,5 juta penerima manfaat warga prasejahtera, wilayah konflik, dan bencana. Setiap elemen masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk menunaikan ibadah sekaligus menebarkan kebaikan. Insyaallah, pahala kurbannya dapat pahala wakafnya juga mengalir terus-menerus dan berkelanjutan," jelas Ibnu.
(mul/ega)