"Jadi begini, setiap pasien dengan gangguan jiwa itu kan dia tidak mengatakan dia punya gangguan jiwa. Itu salah satu yang buat kepatuhan minum obat sangat rendah. Jadi dia nggak merasa ada gangguan dan dia tidak merasa sakit, akhirnya dia tidak minum obat," kata dokter spesialis kejiwaan Henny Riana kepada wartawan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (2/7/2019).
"Atau obat itu timbulkan hal-hal yang tidak enak buat dia, artinya baik, tapi yang bersangkutan sesudah minum obat itu nggak enak. Perasaan itu nanti akan kita pilihkan obat yang sesuai," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kalau ditanya apakah seseorang dengan gangguan jiwa itu seperti apa perilakunya, ya macam-macam, tergantung gangguan yang ada. Secara keseluruhan misal perilaku kacau, marah-marah, teriak-teriak, misalnya gelisah dan sebagainya. Itu gambaran umum gangguan jiwa," kata Henny.
Dokter spesialis kejiwaan lainnya, Esther Sinsuw, juga menjelaskan SM dinyatakan menderita gangguan jiwa karena mengalami ketidaksinkronan antara pikiran, perkataan, dan perbuatan. Ciri itu terlihat langsung pada SM.
"Pada orang yang terganggu jiwanya, terjadi ada perbedaan, jadi dia pikirkan apa, tapi perilaku gimana, omongannya apa, perasaan gimana. Nah, itu yang terjadi, makanya secara awam bisa terlihat ini kemungkinan ada gangguan jiwa, tapi setelah itu perlu pemeriksaan yang lebih detil, itu secara umum," ujar Esther.
Selain itu, Esther mengungkapkan berdasarkan riwayat jiwa, SM sudah alami gangguan jiwa sejak beberapa tahun lalu. Esther mengatakan SM punya riwayat mengalami gangguan jiwa.
"Kalau dari masukan itu sudah beberapa tahun, tapi ada data dari yang merawat mungkin bisa, sudah beberapa tahun lalu yang pasti. Ada riwayatnya (gangguan), dan itu akan kita omongkan dalam visum et repertum. (Gangguan jiwanya) cukup parah," tutur Esther.
Simak Juga 'Kasus Anjing Masuk Masjid Maju Terus, Kejiwaan Pelaku di Tangan Hakim':
(maa/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini