Beda Tafsir 'Aparat' Dalam Orasi Ganjar Pranowo

Round-Up

Beda Tafsir 'Aparat' Dalam Orasi Ganjar Pranowo

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 22 Jun 2019 08:00 WIB
Suasana sidang di MK (Foto: Granyos Zafna-detikcom)
Jakarta - Ada perbedaan tafsir kata 'aparat' yang dibahas dalam sidang gugatan hasil Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK). Kata aparat yang dimaksud itu terkait pesan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam kegiatan training of trainers (TOT) saksi TKN Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin.

Polemik tafsir aparat ini berawal dari ucapan Caleg PBB, Hairul Anas Suaidi, yang dihadirkan tim hukum Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai saksi dalam sidang gugatan hasil Pilpres di MK. Dia mengaku ikut TOT itu dan mendengar pesan dari Ganjar Pranowo ke aparat yang disebutnya meminta aparat sebaiknya tak netral di pemilu 2019.


Awalnya, Anas menjelaskan rangkaian acara ketika Ganjar bicara hal itu. Dia lalu mengatakan saat itu Ganjar menjadi pembicara dengan menampilkan materi lembaga survei elektabilitas Jokowi. Pada saat pemaparan itulah Ganjar memetakan ada 7 provinsi rawan untuk pemenangan Jokowi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pak Gubernur itu mengatakan bahwa pemenangan itu, yang saya ingat itu bahwa 'aparatur itu sebaiknya nggak netral'. Jadi beberapa kali disampaikan, 'netral buat apa?', dengan suara yang agak kencang, dan berkali-kali sekitar 3 atau 4 kali," kata Hairul saat persidangan di Gedung MK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (20/6/2019) dini hari.

"Di hari kedua, sesi pagi disampaikan bahwa aparat sebaiknya yang membela 01, ya kita harus confidence, dalam hal ini 01, bahwa aparat itu sudah mendukung, dan kalau netral buat apa," sambungnya.



Kemudian, pernyataan Hairul itu ditanggapi oleh ketua tim hukum Prabowo, Bambang Widjojanto (BW). Dia bertanya mengenai ada atau tidak metode 'tak perlu netral' itu diajarkan ke orang-orang yang hadir di acara tersebut.

"Karena saksi yang hadir bukan pejabat, jadi nggak ada arahan ke sana, hanya beri semacam kepercayaan diri pada para saksi, bahwa tidak ada kekhawatiran, karena itukan TOT (training of trainers), pemberian semangat," jawab Hairul.

Persoalan pesan Ganjar ini kemudian dibahas lagi dalam persidangan dengan agenda mendengarkan keterangan saksi dari pihak terkait Jokowi-Ma'ruf. Saksi kubu 01 yang dihadirkan, Anas Nashikin, menjelaskan dirinya merupakan salah satu pihak yang turut hadir di acara yang dimaksud. Anas kemudian memaparkan isi materi yang disampaikan Ganjar.



"Yang saya ingat (tentang materi yang disampaikan Ganjar) salah satunya soal kewaspadaan menghadapi pemilu, di Jawa Tengah itu yang Pak Ganjar rasakan ada isu yang membawa bahwa... yang selalu diulang-ulang itu begini, 'Waspadalah menghadapi pemilu ini. Jangan merasa sudah menang karena itu berbahaya. Di Jawa Tengah selalu saya dengar ada bahasa, Wes tho lah, tinggal turu wae lho ki menang, kira-kira begitu, tinggal tidur aja menang,'" kata Anas saat memberikan kesaksian dalam persidangan di MK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (21/6/2019).

Pada saat itu, Anas mengaku menjadi moderator ketika Ganjar memberikan materi. Ganjar, disebut Anas, selalu menyampaikan isu yang berkembang di Jawa Tengah itu.

"Kata-kata itu selalu diulang-ulang, selalu didengung-dengungkan," sebut Anas.



Ganjar, lanjut Anas, menyampaikan banyak pihak mengklaim akan menang 80 persen di Jawa Tengah. Namun, faktanya, kemenangan Ganjar tidak sampai perkiraan itu.

"Itu Pak Ganjar ingatkan. Jangan lengah. Meskipun incumbent belum tentu otomatis bisa meraih kemenangan," kata Anas.

Kemudian, Anas ditanyakan soal aparat yang sempat disinggung Hairul pada persidangan sebelumnya. Anas pun menjawab dengan memaparkan maksud ucapan Ganjar soal aparat itu.

"Apakah ada kalimat atau penyampaian pak Ganjar itu, saksi kan sebagai moderator, mendengar kalimat aparat dikerahkan untuk membantu pelaksanaan dalam pemilu ini?" tanya pengacara tim Jokowi, Ade Irfan Pulungan.

Anas NashikinAnas Nashikin (Foto: Grandyos Zafna-detikcom)

"Kalau seingat saya ada bahasa aparat memang," jawab Anas.

Ade kemudian mempertanyakan lagi maksud aparat yang disebut Ganjar itu. Anas menyebut dia memahami kalau aparat yang dimaksud adalah saksi.

"Kalau yang saya tangkap itu begini. Saksi itu bagian dari aparat. Kalau saksi partai itu aparat partai, kalau saksi 01 itu bagian dari aparat, jadi saksi bukan berarti tidak melakukan apa-apa, tetapi justru bekerja sungguh-sungguh baik sebelum atau sesudah hari H," ucap Anas.

"Soal aparat pemerintah, untuk yang saksi pemerintah saya lupa persisnya, saya lupa," jelas Anas.

Dia juga menegaskan Ganjar hadir di pelatihan tersebut sebagai senior partai, bukan Gubernur Jawa Tengah. "Saat itu kami menghadirkan Pak Ganjar bukan sebagai gubernur, tapi sebagai senior bicara pengalaman menghadapi Pilkada Jateng," ucapnya.


Setelah itu, Anas ditanyai oleh tim hukum Prabowo-Sandiaga. Pertanyaan yang disampaikan masih terkait dengan pernyataan Ganjar terkait aparat yang sempat disinggung oleh saksi dari 02 Hairul.

"Salah satu pemateri atau apa itu Pak Ganjar, dikatakan kalau kalian itu pejabat atau aparat apa gunanya netral, jadi netralitas itu menurut Gubernur Jawa Tengah seperti apa?" tanya tim hukum 02.

Anas tak menjawab dengan lugas. Hakim Konstitusi I Dewa Gede Palguna kemudian mengambil alih dan mempertanyakan lagi dengan mengulangi penjelasan soal keterangan saksi 02 sebelumnya tentang pesan Ganjar ke aparat.


Hakim MK I Dewa Gede Palguna Foto: I Dewa Gede Palguna (Foto: Ari Saputra/detikcom)

"Pak Ganjar ketika beri motivator ada tidak menyampaikan kalau aparat netral buat apa? Kedua, bagaimana saudara memahami pernyataan itu?" tanya Palguna.

"Pernyataan persisnya lupa," jawab Anas.

Dia mengaku hanya memahami pernyataan soal saksi sebagai aparat. Menurutnya, dia tak mengingat ada atau tidaknya pernyataan Ganjar yang dipersoalkan.

"Kalau diksinya seperti itu, saya kurang persis. kurang tahu, karena ini berkaitan dengan diksi," ujar Anas.

"Artinya saya nggak bisa kejar ke pertanyaan kedua," balas Palguna.


Simak Juga "Saksi 01 Dicecar Soal Pesan Ganjar ke Aparat":

[Gambas:Video 20detik]

Halaman 2 dari 3
(haf/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads