Presiden Joko Widodo telah meresmikan ruas jalan tol dari Pandaan ke Malang (Jawa Timur) pada 13 Mei 2019. Jalan tol yang dikerjakan oleh PT Jasa Marga Pandaan Malang tersebut memiliki nilai proyek sebesar Rp 5,97 triliun, yang terutama digunakan untuk biaya pembebasan lahan dan biaya konstruksi. Proyek jalan tol tersebut merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang waktu pekerjaannya harus sesuai dengan target.
Untuk proyek konstruksi jalan tol, waktu terlama adalah pembebasan lahan, karena membutuhkan pendekatan yang baik ke masyarakat, sehingga pekerjaan dapat berjalan lancar dan tidak terdapat gesekan dari arus bawah.
Dari rencana rute jalan tol sepanjang 37,62 km, hanya 30,62 km saja yang masih bisa beroperasi. Adapun rute jalan tol sepanjang 30,62 km menghubungkan Pandaan sampai dengan Singosari. Sedangkan 6,9 km lainnya, yang menghubungkan Singosari sampai dengan Malang, masih belum beroperasi secara maksimal. Tetapi hal tersebut tidak mengurangi rasa bahagia warga masyarakat yang sering hilir mudik melewati jalan tersebut, yang mendambakan suasana jalan yang tidak macet.
Pengalaman saya ketika berangkat dari Lawang menuju Malang, sekitar pukul 7 pagi macetnya luar biasa. Terdapat titik kemacetan, yaitu di pasar Lawang, pasar Singosari dan Karanglo. Hal tersebut terjadi pada saat jam berangkat sekolah (bagi pelajar) dan jam berangkat kerja (bagi pegawai). Meskipun pihak kepolisian telah melakukan rekayasa lalu lintas dengan membagi dua ruas jalan arah jalan yang searah, tetapi dengan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, kemacetan tetap tidak dapat dihindari. Di samping kurangnya opsi jalan alternatif atau jalan tembusan menuju ke Malang, atau sebaliknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memperhatikan Drainase
Pembangunan konstruksi jalan tol juga harus memperhatikan drainase untuk mencegah luapan banjir ketika musim hujan. Masih teringat peristiwa banjir yang terjadi di jalan tol Madiun KM 603 hingga KM 604 Desa Glonggong Kecamatan Balerejo pada 7 Maret lalu, dengan ketinggian 80 cm. Ini terjadi karena tidak lancarnya aliran sungai di sekitarnya, sehingga luapan banjir memasuki area tol. Adapun usaha mengatasi banjir adalah dengan memperlancar aliran sungai di sekitar wilayah jalan tol. Di samping itu, pemakaian komponen drainase, seperti deck drain dapat menjadi solusi untuk mengurangi banjir.
Selain hal teknis di atas, terdapat masalah lain yang timbul dari proyek pembangunan jalan tol tersebut. Efek mobilisasi dan hilir mudik alat berat selama proyek konstruksi di sekitar perumahan warga membuat masalah baru dengan rusaknya jalan sekitar perumahan. Belum lagi lahan yang awalnya berupa persawahan telah menjadi tanah gersang dan berdebu pada musim kemarau. Sehingga pihak pelaksana perlu memperbaiki jalan warga yang rusak serta melakukan "penghijauan kembali" di area sekitar jalan tol. Alangkah tidak eloknya sukses dalam menyelesaikan konstruksi jalan tol, tetapi masih menyisakan masalah terhadap masyarakat sekitar.
Ekonomi dan Pariwisata
Pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di Malang Raya (gabungan dari kota Malang, kabupaten Malang, dan kotatif Batu) juga akan meningkat pesat setelah konstruksi jalan tol rampung dilakukan. Rantai pasok (supply chain) distribusi barang dan jasa akan berjalan lancar untuk memenuhi kegiatan usaha kecil dan menengah. Industri makanan olahan seperti keripik tempe, bakpo telo, kripik buah, ataupun pia mangkok akan ramai menghiasi toko oleh-oleh di luar kota Malang.
Belum lagi dunia pariwisata. Pamornya akan berkembang dan akan menjadi destinasi wisata yang kerap dikunjungi. Tercatat sekitar 4,8 juta wisatawan baik lokal maupun manca negara telah mengunjungi kota Malang pada 2018. Dengan meningkatnya minat wisatawan terhadap pariwisata di Malang, maka usaha perhotelan, restauran, dan transportasi pasti juga ikut terangkat. Sehingga, bukan hal sia-sia bagi Presiden Joko Widodo untuk menggenjot infrastruktur, terutama jalan tol.
Pengambil keputusan, dalam hal ini Presiden, sadar bahwa akan terjadi multiplier effect yang akan berpengaruh positif. Pada 2019 pemerintah mengalokasikan anggaran sekitar Rp 420,5 triliun untuk pembangunan Infrastruktur, salah satunya adalah konstruksi jalan tol. Dengan pembangunan yang berkesinambungan, maka taraf kehidupan masyarakat juga akan berkembang, di samping membuka koneksi bisnis yang saling menguntungkan.
Kran koneksi telah dibuka, tinggal menunggu kita, apakah cukup aware dalam mengambil kesempatan tersebut.
Ananto Hayuningrat akademisi dan konsultan proyek, tinggal di Malang
(mmu/mmu)