"Bukan tidak konsisten. Itu hanya karena adanya perubahan data yang masuk secara bertahap," kata Juru Debat BPN Prabowo-Sandiaga, Saleh Partaonan Daulay kepada wartawan, Kamis (13/6/2019).
Menurut Saleh, perubahan data adalah hal yang wajar karena proses penghitungan suara yang dilakukan bertahap. Dia menegaskan pihaknya berusaha memberikan informasi terbaru dengan data yang valid.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"BPN berusaha memberikan informasi yang paling terbaru. Itu juga perlu didukung dengan data valid. Melihatnya tentu dalam konteks seperti itu," imbuh Saleh.
Baca juga: Inkonsistensi Klaim Kemenangan Prabowo |
Dalam catatan detikcom, angka klaim kemenangan Prabowo-Sandiaga berubah sebanyak tiga kali. Pertama, saat Prabowo berbicara di Rumah Kertanegara Jakarta Selatan beberapa saat seusai pencoblosan 17 April 2019. Saat itu dia menyatakan kemenangan 62% atas Jokowi.
Meski Prabowo menyatakan klaim kemenangan itu tak akan berubah banyak, angka 62% kemudian berganti menjadi 54,24%. Klaim itu disampaikan oleh Profesor Dr Laode Masihu Kamaluddin dalam simposium Prabowo-Sandi di Hotel Grand Sahid, Jakarta, 14 Mei 2019.
Terakhir, dalam gugatannya ke Mahkamah Konstitusi, Prabowo-Sandiaga mengklaim menang Pilpres dan memperoleh 68.650.239 suara sebagaimana perhitungan KPU. Tapi Prabowo menilai suara Jokowi-Ma'ruf digelembungkan KPU sehingga ia kalah.
Berdasarkan keputusan KPU, Jokowi-Ma'ruf Amin mendapatkan 85.607.362 suara. Versi Prabowo, angka itu digelembungkan dari jumlah seharusnya, yaitu 63.573.169 suara.
"Berdasarkan dokumen C1 yang dimiliki oleh Pemohon, perolehan suara Pemohon adalah 68.650.239 atau 52 persen," kata Bambang Widjojanto (BW) dkk.
Tonton video Prabowo Minta Pendukungnya Tak Perlu Datang ke MK:
(azr/mae)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini