"Katanya ada yang menggunakan senjata tapi itu bukan senjata dari luar negeri. Kalau saya lihat, saya yakin itu karena prajurit-prajurit ini sudah pengalaman. Soenarko itu bawah saya setahun-dua tahun. Dia tahu kalau dia punya senapan, merampas dia, hasil rampasan di Aceh, Papua, Timtim," ujar Ryamizard di kantor Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (30/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau mau membunuh pejabat-pejabat, saya rasa jauhlah. Tidak begitu. Saya juga suka kalau dongkol saya bilang 'gua gampar lu', sampai berapa puluh tahun nggak ada yang saya gampar kok," kata Ryamizard.
"Nggak perlu khawatirlah. Kalau perlu saya datangi (Kivlan dan Soenarko), saya yakinlah sama mereka gitu, 'Jangan begitu, ndak boleh'," sambung dia.
Menurut Ryamizard, pihaknya saat ini mewaspadai keterlibatan kelompok radikal dan anti-Pancasila yang menunggangi kekisruhan politik nasional.
"Kalau kita ribut, ada yang ikut dompleng. Siapa lagi? Paham-paham radikal dan anti-Pancasila. Ini yang perlu kita waspadai. Kemenhan sudah menjaga jangan sampai ada pihak luar ikut-ikutan," tandas dia.
Soenarko dan Kivlan Zen kini menyandang status tersangka di Bareskrim Polri. Soenarko ditetapkan sebagai tersangka kepemilikan senjata api dan Kivlan ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan makar dan hoax serta kepemilikan senjata api ilegal. (aan/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini