Dua tugu berukuran raksasa tampak berdiri kokoh mengapit jalur penghubung Kabupaten Pacitan dan Wonogiri. Di tengahnya, bidang jalan dipisahkan median penuh tanaman bunga.
Tiap bidang terdiri dari dua lajur. Pengguna jalan pun dapat leluasa melintas tanpa khawatir berdesakan dengan kendaraan lain. Syaratnya, lajunya musti tetap dijaga.
Begitulah wajah perbatasan Jatim-Jateng. Tepatnya di Dusun Glonggong, Desa Belah, Kecamatan Donorojo.
Kemewahannya seakan mengungkapkan keinginan masing-masing pemangku wilayah. Sama-sama ingin tampil cantik menyapa pengunjung.
Lepas dari titik perbatasan, suasana sedikit berubah. Lapisan aspal tetap mulus. Namun banyaknya tikungan memaksa pengemudi ekstra waspada.
Tak sampai 20 menit, pemudik akan tiba di wilayah Punung. Kota kecamatan itu dapat dipilih menjadi lokasi alternatif untuk rehat.
Sembari melepas penat usai berkendara selama berjam-jam, pemudik dapat menikmati aneka menu di deretan warung di kawasan Sub Terminal. Lokasi masjid pun dapat dicapai dengan berjalan kaki.
Selain dipilih sebagai rest area, Kecamatan Punung juga menjadi pintu masuk menuju beberapa obyek wisata. Seperti Gua Gong, Pantai Klayar, Pantai Kasap, Banyu Tibo, dan sejumlah destinasi lain.
"Pospam kita ada di Punung. Sedangkan pos pantau kita tempatkan di Gua Gong dan Pantai Klayar," kata AKP Miftahul Amin, Kasat Lantas Polres Pacitan kepada detikcom, Rabu (29/5/2019).
![]() |
Punung di jalur mudik menuju Pacitan tampak strategis. Di tempat tersebut terdapat pasar tradisional yang relatif lengkap. Penataannya pun rapi. Tanpa tumpahan ke jalan.
Jika BBM menipis, pemudik tidak perlu khawatir. Di Punung ada SPBU. Lokasinya hanya berjarak 100 meter arah barat pasar. Sayang, layanan pengisian bahan bakar ini hanya buka sampai jam 9 malam.
Puas melepas lelah sembari berburu menu tradisional, perjalanan berikutnya tak kalah menantang. Selama setengah jam perjalanan menuju Kota Pacitan, pemudik akan tiba di pertigaan Bulu, Kecamatan Pringkuku.
Di sini pemudik dapat memilih dua arah berbeda untuk satu tujuan sama. Jika memilih belok kanan, Anda akan melewati jalur utama Solo-Pacitan.
Sebagai jalan kelas nasional, bidang jalan cukup lebar. Aspal sangat mulus. Tapi ada banyak tikungan tajam. Jalan juga melintasi hutan. Minim penerangan. Secara umum waktu tempuh lebih lama.
Hal berbeda akan Anda rasakan jika memilih lurus, melewati jalur alternatif Sedeng. Jarak tempuh terasa sangat singkat. Tantangan terberatnya adalah saat kendaraan melintasi dua turunan ekstrem. Bidang jalan juga sempit.
Saat arus mudik-balik, ruas jalan tersebut selalu padat kendaraan. Singkatnya waktu tempuh menjadi alasan pemudik menempuh jalur ini. Kuncinya, pengemudi wajib menguasai medan. Kendaraan pun harus prima.
"Kami imbau pengguna jalan berhati-hati. Nanti kalau (Jalur Sedeng) padat lalin kita arahkan lewat jalur utama (Solo-Pacitan)," pesan Kasat Lantas kepada perantau yang hendak pulang kampung.
Lepas dari turunan Sedeng, pemandangan Kota Pacitan tampak di depan mata. Ada banyak tempat unik yang bisa dijelajahi. Mulai sentra kuliner, pusat oleh-oleh, hingga toko cenderamata.
Mudik ke tanah kelahiran Presiden ke-6 RI ini memang terasa istimewa. Tak sekadar jadi pengobat rindu kampung halaman. Namun juga berebut kesempatan menikmati keindahan alam serta kekayaan tradisinya. (sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini