Kerusuhan pecah sejak Selasa (21/5). Kerusuhan berlanjut pada Rabu (22/5), warung Rajab dijarah perusuh kala itu.
Ceritanya, Rajab menutup warungnya pukul 22.00 WIB karena ingin beristirahat di rumah. Belum lama melepas lelah, Rajab menerima kabar warung kopinya dijarah. Betapa kagetnya Rajab, tak ada barang dagangan tersisa di warung kopinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rajab rela dan pasrah barang dagangannya dijarah habis oleh massa perusuh. Hematnya, barang dagangan tersebut belum jadi rezekinya.
"Pas kejadian, anak-anak telepon kita, kasih kabar 'ini dijarah-jarah' katanya. Sudahlah, bukan rezeki kita, rezeki orang itu. Ya sudahlah, mau bikin apa kita, ya kan? Namanya massa, he-he-he.... Kalau perorangan, kita bisa cari orangnya, he-he-he...," kata Rajab.
Kotak pendingin dan uang yang ada di warungnya dibobol. Beberapa barang dagangannya lainnya adalah rokok dan makanan.
"Rokok, minuman, Indomie, kopi. Ada (uang), sekitar Rp 8 jutaan. Iyalah diambil, orang seratus perak juga diambil, nggak disisain. Minuman itu (dalam kulkas) punya saya semua itu. Habis semua udah, nggak ada, dari nol lagi kita berdiri," lanjutnya.
Rajab menaksir kerugian yang dialaminya mencapai Rp 50 juta. Rajab menguatkan hati. Dia mengatakan akan kembali berjualan di tempat yang sama.
"Tetaplah kita bertahan (jualan) di sini," ujarnya.
Hari ini Rajab bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana. Dia bersama pedagang lain, Ismail (68), menjadi korban kerusuhan.
Setelah pertemuan, Abdul mengaku mendapatkan bantuan dari Jokowi. Namun ia tidak tahu jumlahnya.
"Alhamdulillah Pak Presiden bantu kita. Kita bisa berusaha lagi," ujar Abdul.
Abdul mengaku pasrah saat dagangannya dijarah massa saat kerusuhan. Dia melihat dengan mata kepala sendiri.
"Sudah kita pasrahlah. Mau bikin apa, kita mau mengharap tidak bisa kembali lagi barang kita," kata dia. (idh/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini