"Update data sampai siang ini sudah ada 176 ekor sapi, 485 ekor kambing dan 9 ekor domba yang disuntik antibiotik. Jumlah itu berasal dari Dusun Grogol (Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo) dan Dusun Tawarsari (Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari)," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto saat ditemui di kantornya, Jumat (24/5/2019).
Lanjut Bambang, penyuntikan antibiotik akan terus dilakukan sampai radius 1 hingga 2 kilometer dari lokasi penemuan bakteri antraks. Bambang juga menyebut upaya antisipasi itu tidak memiliki batas waktu khusus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi setelah disuntik antibiotik, 2 minggu kemudian baru hewan ternak itu divaksin. Untuk area yang masuk penanganan kemungkinan juga akan dilebarkan dari sentranya (Dusun Grogol 4)," ujarnya.
Selain melakukan penyuntikan antibiotik terhadap hewan ternak, pihaknya juga secara berkala mengecek daging sapi yang dijual di Pasar-pasar. Hal tersebut untuk memastikan daging yang dijual aman dari bakteri antraks.
"Kita sudah ke pasar-pasar untuk mengecek daging yang dijual, hasilnya belum ada temuan dan semoga saja tidak ada," kata Bambang.
Bambang menjelaskan pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Gunungkidul terkait perubahan jalur lalu lintas ternak. Selain itu, lalu lintas hewan ternak di Gunungkidul akan diperketat.
"Jalur sudah dipelajari Dishub dan kemungkinan jalur lalu lintas ternaknya dilewatkan jalur selatan. Pengetatan jalur itu juga dilakukan karena Gunungkidul diapit Kulon Progo, Wonogiri dan Sragen yang masuk daerah endemis (antraks)," ujarnya.
"Apalagi kelapa BBVet (Balai Besar Veteriner) bilang kalau kemungkinan besar anthrax ini berasal dari luar Gunungkidul. Dan itu mungkin benar karena Gunungkidul sebelumnya bebas dari antraks dan baru kali ini ada temuan sapi yang kena antraks," pungkasnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini