Kabag Humas dan Protokol UGM, Iva Aryani, menuturkan pihaknya telah mengecek dua nama mahasiswanya yang disebut menjadi joki di UM Surabaya. Hasilnya satu nama dinyatakan cocok, sementara satu nama tidak ditemukan di data kemahasiswaan.
"Dari dua nama yang disampaikan oleh Universitas Muhammadiyah Surabaya, itu satu nama yang namanya sama dan ada ditemukan dalam data kemahasiswaan UGM, tapi yang satunya tidak," ujar Iva, panggilan akrabnya saat dihubungi wartawan, Selasa (22/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait kasus ini, lanjut Iva, Tim Etik Fakultas Teknik UGM telah bergerak untuk mendalami praktik perjokian tersebut. Jika nantinya tim etik menyimpulkan RD bersalah, maka akan ada sanksi tegas dari pihak universitas.
"Ya pasti akan ada sanksi tegas (dari UGM). Karena segala macam bentuk prilaku (mahasiswa) yang tidak baik, melanggar tata aturan pasti akan ada tindakan tegas dan sanksi tegas dari universitas," paparnya.
"Ini kita sedang mengkaji itu, tim etik sedang mengkaji itu untuk memutuskan pelanggaran etik dan kemudian sanksi apa yang tepat seandainya memang terbukti (RD menjadi joki)," sambungnya.
Iva menjelaskan, hingga kini pihak UGM belum berkomunikasi dengan RD. Oleh karenanya, pihaknya belum bisa berkomentar banyak perihal dugaan keterlibatan RD dalam praktik perjokian di ujian masuk UM Surabaya.
"Kita juga belum ketemu yang bersangkutan (RD), belum mengerti (duduk perkaranya). Ini baru kita dalami hari ini, tim etik fakultas sudah mulai mendalami," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, empat joki berhasil diamankan panitia pelaksana ujian masuk Fakultas Kedokteran UM Surabaya pada Selasa (21/5) kemarin. Keempat joki tersebut yakni RD (18), IN (19), BA (22) dan MM (17).
Kepada pengawas ujian, RD dan IN mengaku sebagai mahasiswa UGM. Sementara BA mengaku sebagai mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), dan MM adalah alumnus salah satu SMA Negeri di Kediri. (ush/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini