Mantan Ketua RT 3 mengatakan, bahwa ia dan warga RT lain di Dusun Pandeyan sudah memiliki kesepakatan sebelum dilangsungkannya seleksi Dukuh. Menurut pria yang enggan disebutkan namanya ini, kesepakatan itu adalah tidak menginginkan adanya Dukuh berjenis kelamin perempuan.
"Intinya itu dari awal sebelum pemilihan (Dukuh Pandeyan) warga RT 2 sampai RT 5 (berkeinginan) jangan sampai Dukuh itu perempuan. Meski sebenarnya memang Undang-Undang mengizinkan (perempuan) bisa jadi siapa saja, tapi kan karena alasannya macem-macem dia itu (Yuli Lestari)," ujarnya saat ditemui detikcom di kediamannya, RT 3, Dusun Pandeyan, Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, Minggu (19/5/2019) petang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain itu, dia (Yuli) itu kan beberapa kali...istilah kasarnya ada pelanggaran kepada masyarakat. Mbak Yuli itu di pertemuan PKK Dusun misalkan kata-katanya kurang bagus kepada sesama ibu-ibu PKK, pokoknya kurang mengenakkan gitu kata-katanya," ucapnya.
"Terus, suaminya kan (Ketua) RT.1 dan pernah ada warganya minta surat untuk syarat berobat malah kata-katanya itu istilahnya menghina, padahal warganya sendiri itu," imbuh pria yang rambutnya sudah beruban dan tidak bersedia difoto itu.
Menurutny ada masalah lain oleh warga dianggap tidak menyampaikan pesan kepada terhadap suaminya yang menjabat Ketua RT 1 Dusun Pandeyan. Pesan tersebut terkait adanya Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) untuk Dusun Pandeyan, khususnya warga RT 1.
"Belum lama itu suaminya tidak berangkat rapat di Kelurahan (Bangunharjo). Karena dia tidak berangkat, saya kasih tahu (ke Yuli), 'bu, karena suaminya tidak berangkat tolong disampaikan kalau ada pemutihan membuat sertifikat' lhah, ternyata malah tidak disampaikan (ke warga RT 1)," katanya.
"Saya tidak buat-buat, ini apa adanya," sambung pria bersarung ini.
Karena perilaku itu, ia bersama Ketua RT 2,4 dan 5 memutuskan untuk mengundurkan diri dan membuat surat penolakan pelantikan Yuli sebagai dukuh.
"Karena itu dari (Ketua) RT 2 sampai RT 5 mengundurkan diri semua, istilahnya karena kesepakatan sepedukuhan selain RT 1, karena RT 1 Ketuanya kan suaminya (Yuli)," ujarnya.
"Kemarin (Jumat 17/5/2019) saya ajukan pengunduran diri lewat jalur benar yaitu lewat Kelurahan," imbuhnya.
Tidak hanya itu, masing-masing Ketua Posyandu setiap RT dan PKK juga mengundurkan diri. Menurut mantan RT 3 ini, hal itu akan terus berlangsung hingga Dukuh Pandeyan berganti laki-laki.
"Sampai Dukuhnya ganti laki-laki, dan rencana ini juga itu Ketua Posyandu dan PKK setiap RT mundur semua," katanya.
"Kita juga sudah ada 410 orang yang tanda tangan di surat pernyataan ketidaksetujuan (Yuli) menjadi Dukuh. Surat itu juga sudah diserahkan balai esa dan sudah ke kabupaten juga," sambungnya.
Sementara itu, salah seorang warga RT 3 yang juga enggan disebut namanya mengatakan, alasan penolakan Yuli sebagai dukuh karena dianggap tidak mampu menjalankan tugas sebagai seorang dukuh. Mengingat seorang Dukuh harus selalu ada di tengah-tengah masyarakat, apalagi jika dibutuhkan.
"Sebelum pendaftaran kami sudah menolak wanita jadi dukuh, karena kasihan harus kerja 24 jam. Apalagi kalau ada keributan malam-malam dan ada warga yang meninggal dunia apa bisa langsung standby," kata pria paruh baya ini.
"Yang jelas gini, saya terima lapang dada siapa saja dukuhnya tapi dengan syarat jangan perempuan," imbuhnya.
Ia juga menampik tuduhan terkait adanya demonstrasi saat pelantikan Yuli sebagai Dukuh Pandeyan. Menurutnya, warga RT 3 berkumpul untuk bersama-sama mengawal Ketua RT 3 menyerahkan surat pengunduran diri ke balai desa.
"Kita tidak demo kemarin itu (Jumat 17/5/2019), kita hanya mengantarkan pak RT (RT 3) mengundurkan diri saja," ucapnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini