"Kematian yang terjadi di rumah sakit sebesar 39% ini, kita melakukan audit medik dan kemudian sudah terkumpul data dari 25 provinsi. Terbanyak kesakitan ini berada di Jakarta dan di Banten," kata Nila di gedung Bina Graha Kompleks Istana Kepresidenan, Jalan Veteran No. 14-16, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2019).
Nila mendapatkan data dari KPU bahwa ada 485 petugas KPPS yang meninggal. Sedangkan petugas yang sakit tercatat sebanyak 10.997 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian kematian ini dari kelompok umur kita bisa melihat sebesar 54% berusia di atas 50 tahun, bahkan mencapai usia 79 tahun. Jadi memang artinya yang meninggal kebanyakan pada usia yang tua, maupun ada usia yang muda," tuturnya.
Nila menjelaskan ada beberapa faktor penyebab kematian korban. Penyebab meninggalnya petugas paling banyak adalah penyakit jantung. Selain itu, ada stroke dan hipertensi.
Sebelumnya, Nila mengatakan tak perlu semua petugas KPPS yang meninggal diautopsi. Nila menyebut autopsi bisa dilakukan berdasarkan permintaan keluarga atau rekomendasi kepolisian.
"Kalau wajar tidak pernah diautopsi. Kalaupun tidak wajar atas permintaan keluarga melihat ini tidak wajar dan harus melalui polisi. Polisi menentukan diautopsi atau tidak, karena kami tenaga kerja kesehatan jika ada permintaan dari polisi begitu. Jadi tidak semua diautopsi," kata Nila seusai acara Kemenkes Hari Peringatan Malaria Sedunia 2019 di Desa Budaya Kertalangu, Denpasar, Bali, Senin (13/5).
Jawaban itu disampaikan Nila terkait adanya desakan untuk melakukan autopsi pada petugas KPPS yang meninggal. Nila menegaskan tindakan autopsi tak perlu dilakukan jika korban mempunyai riwayat sakit kronis.
Banyak KPPS Meninggal, IDI: Kelelahan Bukan Penyebab Utama:
(jbr/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini