Jalan yang dibangun melintasi kawasan tambak warga di beberapa desa. PT VDNI mulai membangun jalan sejak tahun 2014 di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Sejumlah petani tambak di Desa Tani Indah mengeluhkan kondisi air yang berubah warna. Belum lagi pelebaran jalan yang mengakibatkan penyempitan di kali besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Air tambak saya sudah kotor, berubah warna sekarang. Saya tidak berani lagi untuk menurunkan bibit udang takut hasilnya sedikit," kata petani tambak Sulaiman.
Hasil tambak menurutnya sudah tidak sama lagi seperti dulu. Dulu Sulaiman bisa memanen 1 ton per petak tambak dan memenuhi kebutuhan pasar lokal.
Sedangkan saat ini, hasil panen hanya mencapai 800 Kg per tambak dalam sekali panen.
Bila hasil tambak terus merosot, Sulaiman ingin menawarkan tambaknya ke perusahaan.
![]() |
"Kalau harga cocok dan saya tidak dirugikan mungkin akan saya jual saja, karena diolah juga hasilnya menurun," ujarnya.
Sementara itu, Penanggung Jawab Teknik dan Lingkungan PT VDNI, Wahyudi Agus Kristianto mengatakan jalan yang dikeluahkan petani tambak merupakan jalan untuk proses angkut material.
"Statusnya jalan hauling yang membawa material dari jeti ke perusahaan dan sebaliknya," ujarnya.
Pihak perusahaan disebut sudah memenuhi standar termasuk melakukan penyiraman dan menyiapkan kantong lumpur.
Wahyudi keberatan jika menurunnya hasil panen tambak warga disebabkan dari debu jalan perusahaan. Menurutnya, perlu ada penelitian dari pihak akademisi untuk menguji kepastian soal penyebab menurunnya hasil tambak.
"Sebenarnya kalau masalah pembelian tanah atau tambak itu bisa saja dilakukan asal sesuai dengan regulasi dan NGOP tanah. Misalnya haragnya Rp5000 per meter, lalu mintanya Rp500.000 itu tidak mungkin," ujar Wahyudi berbicara soal adanya warga yang ingin menjual tambaknya. (fdn/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini