Hendi bersama istri, jajaran Forkopimda, pejabat Kota Semarang, tokoh agama, dan masyarakat mengikuti tradisi dugderan di Jalan Pemuda, Masjid Kauman, hingga Masjid Agung Jawa Tengah, Sabtu (4/5/2019). Sebelumnya, warga Kota Semarang telah melakukan karnaval dugderan yang diikuti 11.000 pelajar TK, SD, dan SMP pada Jumat (3/5/2019).
Hendi menjelaskan tradisi dugderan merupakan agenda budaya tahunan yang selalu diikuti masyarakat dan Pemerintah Kota Semarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hendi berharap, dengan dugderan, warga Kota Semarang bisa bersih-bersih diri, melakukan persiapan fisik, dan memperbanyak amalan positif yang akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT.
Ia juga berharap tradisi dugderan dapat menjadi budaya yang menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara untuk datang berkunjung di Kota Semarang. Penyelenggaraan dugderan yang berdekatan dengan HUT Kota Semarang, katanya, semakin mengikat kuat kebersamaan. Prosesi dugderan dinilainya menjadi bukti nyata kedekatan pemerintah dan warga yang tak bersekat hingga toleransi tinggi dalam keberagaman Kota Semarang.
Dugderan tahun ini juga dinilai Hendi sangat spesial karena tingkat partisipasi dari masyarakat yang semakin banyak dan meningkat. Menyikapi keragaman yang menjadi ciri khas Kota Semarang, Hendi mengajak untuk sepakat bahwa perbedaan adalah kekuatan, bukan sesuatu yang melemahkan.
Maka di bulan Ramadhan ini, ia mengimbau agar masyarakat saling menghargai dan menghormati sehingga lahir kekuatan yang semakin baik untuk membangun kota.
"Kita adalah satu warga bangsa Indonesia yang harus kompak untuk membangun kota Semarang," katanya
Dugderan tahun ini melibatkan 16 kecamatan dan sejumlah organisasi masyarakat, rangkaian kereta kencana, dan bendi. Konvoi Warak raksasa berukuran tinggi 6 meter pun memeriahkan tradisi ini. Warak merupakan hewan mitologi yang menjadi ikon Kota Semarang yang melambangkan keberagaman budaya di Kota Semarang.
Makin meriah, dugderan diikuti oleh drum band dari PIP, karnaval budaya dari NU, Ponpes Ashabul Kahfi, atraksi barongsai, KNPI, Dewan Masjid Indonesia (DMI), dan sajian beberapa peserta pawai budaya seperti Politeknik Bumi Akpelni.
Saat dugderan, Hendi ikut dalam rombongan kirab dengan naik kereta kencana ke Masjid Kauman Semarang dan Masjid Agung Jawa Tengah. Setibanya di Masjid Kauman, Hendi menerima Suhuf Halaqoh dari para alim ulama di Kota Semarang dan selanjutnya membagikan kue khas Semarang yaitu ganjel rel dan air khataman Alquran.
Pembagian kue dan air tersebut memiliki makna agar masyarakat merelakan hal yang mengganjal, serta membersihkan diri dengan meminum air khataman Alquran sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Selepas mengikuti proses di Masjid Kauman Semarang, Hendi beserta rombongan bertolak ke Masjid Agung Jawa Tengah untuk menyerahkan Suhuf Halaqoh kepada KRMT Probo Hadikusumo yang mewakili Gubernur Jawa Tengah. Rangkaian prosesi ditutup dengan diumumkannya awal Ramadhan kepada masyarakat dan dilanjutkan dengan pemukulan bedug. (idr/idr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini