Seperti dilansir Reuters dan AFP, Rabu (1/5/2019), anggota serikat buruh setempat dan demonstran 'rompi kuning' turun ke jalanan berbagai kota Prancis saat peringatan Hari Buruh Internasional. Aksi ini digelar beberapa hari setelah Presiden Macron menguraikan proposal kebijakannya termasuk rencana pemotongan pajak sekitar 5 miliar Euro (Rp 78,9 triliun).
Situasi memanas setelah kemunculan sekelompok demonstran berpakaian serba hitam yang memakai jaket berpenutup kepala (hoodie) dan bermasker dalam aksi di Paris. Gerombolan ini muncul di depan aksi May Day yang digelar secara tertib. Gerombolan bermasker itu melempari polisi dengan botol dan benda-benda lainnya. Tayangan televisi setempat menunjukkan kaca jendela sebuah van pecah akibat aksi ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang saksi mata menuturkan kepada Reuters bahwa polisi melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan gerombolan tersebut. Laporan jurnalis AFP menyebut satu demonstran mengalami cedera di kepala dalam insiden ini.
AFP melaporkan bahwa kepolisian antihuru-hara mengerahkan sejumlah granat khusus bernama 'stingball untuk membubarkan gerombolan itu. Granat ini tergolong sebagai alat pengendali massa yang kontroversial. Jika dilemparkan ke jalanan, granat ini akan melepaskan rubber pellet, semacam buritan karet yang memicu sensasi terbakar pada kaki orang-orang yang berada dalam radius 15 meter.
Kepolisian Prancis, pada Selasa (30/4) waktu setempat, telah memperingatkan potensi pecahnya bentrokan dalam aksi May Day. Polisi secara khusus menyebut kelompok anarkis sayap kiri jauh, yang dikenal sebagai 'Blok Hitam' atau 'Black Bloc', yang kerap kali memicu aksi anarkis dalam unjuk rasa.
![]() |
Imbauan ini dirilis polisi setelah muncul seruan via media sosial agar kelompok-kelompok radikal ikut turun ke jalanan saat May Day.
Otoritas setempat memperkirakan sekitar 2.000 demonstran Blok Hitam dari Prancis dan beberapa negara Eropa lainnya akan muncul di tengah-tengah aksi May Day yang setiap tahunnya digelar serikat pekerja setempat.
Dalam pernyataannya, Kepolisian Prancis menyatakan sekitar 88 orang ditangkap pada Rabu (1/5) pagi waktu setempat.
Sementara itu, massa 'rompi kuning' yang secara rutin menggelar aksi protes di Prancis sejak November 2018 lalu, diketahui juga ikut aksi May Day untuk tahun ini. Dalam aksinya, mereka menyebut proposal kebijakan Presiden Macron tidak cukup memuaskan dan dianggap masih kurang mendetail.
(nvc/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini