"Sempat mengeluh ke saya, tanggal 18 April lalu, katanya kecapekan bekerja di kantor desa sebelum coblosan dan berjaga di TPS," kata Endarwanto (62), kerabat almarhum yang juga petugas KPPS di TPS 12 Sidoagung kepada wartawan di rumah duka, Godean IV RT05/RW08, Sidoagung, Rabu (1/5/2019).
Mursidi mengembuskan nafas terakhirnya saat menjalani perawatan di RS Sardjito, siang kemarin. Endar pun menceritakan kondisi almarhum sebelum meninggal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh dokter, almarhum diindikasikan mengalami gangguan jantung dan harus opname hingga dua hari sebelumnya akhirnya meninggal dunia.
Endar menyebutkan bahwa almarhum bertugas di balai desa sejak sekitar tiga hari sebelum hari pemungutan suara pada Rabu 17 April lalu. Almarhum juga turut membantu mengantar kotak suara ke TPS-TPS.
"Saat coblosan juga ikut berjaga di TPS, sampai Kamis (18/4) jam 04.00 dini hari. Setelah itu dia mengeluh lelah dan badannya terasa sakit, pusing dan mual," ujar Endar.
Jenazah Mursidi dimakamkan siang tadi di tempat pemakaman umum setempat. Endar mengungkapkan belum ada petugas dari KPU Sleman yang takziah ke rumah duka.
"Kalau KPU belum ada yang datang, tadi baru Pak Camat dan Pak Lurah, Pak Lurah menyampaikan nama Mbah Sidi akan diabadikan sebagai nama ruangan di balai desa karena dinilai sebagai pahlawan demokrasi," ungkap Endar.
"Keluarga merasa kehilangan. Kami berharap ada santunan dari pemerintah," imbuhnya.
Simak Juga 'Perjuangan Mengawal Hajatan Lima Tahunan yang Melelahkan':
(bgk/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini