Seperti dilansir Reuters, Jumat (26/4/2019), imbauan itu dirilis setelah badan intelijen Sri Lanka, Dinas Intelijen Negara (SIS), memperingatkan bahwa serangan bom mobil masih mungkin terjadi usai rentetan serangan bom bunuh diri mengguncang tiga gereja, empat hotel dan sebuah rumah pada Minggu (21/4) lalu.
Dalam pernyataan terbaru, All Ceylon Jamiyathul Ullama, yang merupakan lembaga religius Islam terutama di Sri Lanka, mengimbau warga muslim setempat untuk menjalankan ibadah salat Jumat di rumah masing-masing, khususnya pada Jumat (26/4) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara terpisah, Kardinal Malcolm Ranjith yang menjabat Uskup Agung Colombo menyerukan kepada para pastor setempat untuk tidak menggelar misa di gereja-gereja setempat, hingga pemberitahuan lebih lanjut. "Keamanan itu penting," tegasnya.
Kekhawatiran akan adanya serangan balasan membuat warga muslim di Sri Lanka mengungsi dari rumah masing-masing. Tidak sedikit warga muslim setempat yang mengaku takut keluar rumah karena khawatir akan diserang.
Situasi di Sri Lanka saat ini masih tegang usai rentetan ledakan bom menewaskan 253 orang, setelah direvisi dari 359 orang oleh otoritas Sri Lanka. Rentetan bom itu telah diklaim oleh Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang menyebut para pelaku sebagai 'petempurnya'. ISIS tidak memberikan bukti untuk mendukung klaimnya itu. Namun mereka merilis sebuah video pada Selasa (23/4) lalu yang menunjukkan delapan pria yang berdiri di bawah bendera ISIS dan menyatakan sumpah setia.
Pemerintah Sri Lanka menyebut ada sembilan pengebom bunuh diri, yang semuanya warga Sri Lanka. Baru delapan orang yang telah diidentifikasi, dengan salah satunya seorang wanita.
Saat ini, otoritas setempat tengah memfokuskan penyelidikan pada jaringan internasional yang diduga membantu dua militan lokal -- Jamaah Tauhid Nasional (NTJ) dan Jammiyathul Mlillathu Ibrahim (JMI) -- dalam melakukan serangan bom pada Minggu (21/4) lalu. Sejauh ini, otoritas Sri Lanka telah menahan sedikitnya 76 tersangka, termasuk warga negara asing dari Suriah dan Mesir, terkait penyelidikan tersebut.
Dalam pernyataan terbaru pada Jumat (26/4) waktu setempat, nyaris 10 ribu tentara Sri Lanka dikerahkan di seluruh wilayah negara itu untuk melakukan penggeledahan dan menjaga keamanan berbagai lokasi, terutama tempat-tempat ibadah.
Pekan ini, otoritas Sri Lanka mengakui adanya kesalahan besar dalam tidak menanggapi informasi intelijen dari India yang memperingatkan potensi serangan beberapa hari sebelum rentetan bom Paskah terjadi. Terkait kesalahan itu, Menteri Pertahanan Hemasiri Fernando telah mengundurkan diri dari jabatannya.
Simak Juga 'Pascateror Bom, Presiden Sri Lanka Rombak Pasukan Keamanan':
(nvc/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini