Jakarta - Pesta demokrasi 17 April 2019 lalu menyisakan cerita bagi para petugas di lapangan.
Pemilu serentak pertama kali di Indonesia ini, meninggalkan berbagai kisah heroik bagi para petugasnya.
Dirangkum
detikcom, Jumat (19/4/2019), pesta demokrasi ini diwarnai dengan kesulitan petugas mendistribusikan kotak suara ke berbagai pelosok negeri. Para petugas harus berjibaku dengan kondisi alam demi terlaksananya pemilu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, ada petugas yang bertaruh nyawa demi mengirim logistik pemilu seperti di pelosok Sulawesi Barat. Rakit petugas nyaris terbalik saat menyeberangi sungai di Pasangkayu.
"Jadi memang kondisi desa tersebut bisa dibilang sangat jauh dan aksesnya masih sulit djangkau kendaraan, dan Alhamdulillah walau proses pengiriman logistik ke daerah tersebut sempat diwarnai kecelakaan karena kondisi alam yang tidak bisa ditebak, teman-teman semua berhasil selamat dan logistik pemilu tiba di lokasi tujuan dengan kondisi baik " ujar Ketua KPUD Pasangkayu, Sulbar, Sahran Ahmad saat diwawancara wartawan.
 Petugas mendaki kotak suara di Maros (Bakrie-detikcom) Foto: Petugas mendaki kotak suara di Maros (Bakrie-detikcom) |
Cerita belum selesai, pasca pencoblosan, para petugas harus kembali berjibaku mengawal kotak suara ke tingkat kecamatan untuk dihitung ulang. Di Papua, helikopter pengangkut pesawat kotak suara ditembaki oleh KKB.
"Jadi sejak pukul 06.00 WIT sudah ada gangguan keamanan berupa tembakan, gangguan terjadi bukan hanya terhadap tim yang akan menjemput kotak suara dan para petugas, tapi juga terjadi terhadap pesawat perintis di sana," kata Komandan Daerah Distrik Militer (Dandim) 1710 Mimika Letkol Infanteri Pio L Nainggolan, Kamis (18/4/2019).
Demi keamanan para personil Dandim memprioritaskan mengangkut dokumen C1, para personel, penyelenggara dan Anggota TNI- Polri yang bertugas di sana. Sementara kotak suara dan logistik lainnya tidak dievakuasi.
Di Jawa Barat, pengorbanan para petugas harus dibayar dengan nyawa. Ada 10 petugas yang meninggal dunia. Dari laporan yang diterima KPU, 10 orang petugas KPPS yang meninggal itu berasal dari lima kabupaten-kota yaitu Pangandaran, Garut, Tasikmalaya, Purwakarta dan Ciamis.
Ketua KPU Jabar Rifqi Ali Mubarok, mengatakan, sebagian besar petugas itu meninggal akibat terkena serangan jantung dan kelelahan. Kejadian ini, lanjut dia, akan menjadi bahan evaluasi pihaknya ke depan.
"Hampir semuanya ada serangan jantung karena faktor kelelahan. Ada juga meninggal setelah menerima laporan surat suara kurang ini mungkin stres (jadi beban pikiran). Kami terima laporan ini mungkin jadi bahan evaluasi," tutur Rifqi.
Di Sulawesi Selatan, 2 petugas dianiaya oleh warganya. Diduga, 2 petugas KPPS itu dianiaya karena warga yang tak bisa mencoblos.
"Ada dua laporan yang kami terima korban penganiayaan satu dari TPS 1 Kelurahan Rengoli, Kota Palopo disiram tindak wajahnya dan disundut rokok oleh pemilih. Kemudian yang kedua dipukul oleh pemukul ini korbannya adalah ketua KPPS TPS 4 Kelurahan Desa Bonepute, Kecamatan Burau, Kabupaten Luwu Timur," kata Komisioner Bidang Humas KPU Sulsel, Uslimin, saat ditemui di Kantor KPU Sulsel, Jumat (19/4/2019).
Di NTT, Brigjen Syaiful Zachri meninggal dunia saat bertugas mengamankan Pemilu 2019. Kala itu, dia dan rombongannya mendaki menuju puncak bukit di Pulau Kelor, dalam perjalanan menuju puncak rombongan sempat bersitirahat satu kali.
Namun almarhum mengeluh sesak nafas dan sempat dilarikan ke RS Siloam Labuan Bajo. Syaiful meninggal di RS Siloam Labuan Bajo, NTT pada pukul 11.40 WITA.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini