Namun, beberapa penumpang justru tak mempermasalahkan normalisasi DDT ini. Salah satunya penumpang KRL, Tika (24).
"Nggak apa-apa yang untuk sementara ini, biar ke depannya lebih baik lagi. Sabar dulu aja. Efeknya cuma sebentar aja kan," ujar Tika kepada detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama tahap normalisasi ini, Tika mempunyai cara tersendiri agar tidak terlambat bekerja. "Berangkat lebih pagi aja," ujar Tika.
Senada dengan Tika, Agus (36) mendukung normalisasi DDT Jatinegara-Cakung. Meski begitu, ia merasa sedikit terganggu karena keterlambatan kereta.
"Keganggu juga. Tapi untuk ke depannya supaya lebih bagus ya nggak apa-apa," ujar Agus.
Agus mengantisipasi keterlambatan kereta dengan naik transportasi online. "Kemarin terlambat dan (kereta) makin padat, ya saya keluar kereta, naik (transportasi) online," ujar Agus.
Sementara Diana (26), merasa dirugikan dengan normalisasi DDT di hari kerja. Menurutnya, kebijakan setiap perusahaan soal keterlambatan pegawainya berbeda-beda.
"Pendapat gue sih merugikan ya secara kan kalau orang kan selalu jam masuknya (kerja), jam 8. Kalau telat kan otomatis uang dipotong dong sepersekian menit. Sedangkan nggak ada kompensasi (dari PT KCI), cuma ada permintaan maaf aja," ujar Diana.
VP Corporate Communication PT KCI Anne Purba mengatakan, keterlambatan kereta masih berlangsung hingga Senin (15/4).
"Pemerintah bersama PT KAI dan PT KCI hingga hari ini masih memantau penambahan waktu perjalanan KA yang terjadi seusai switch over jalur. Hasil pemantauan hingga sore hari ini, penambahan waktu perjalanan masih terjadi meskipun semakin sedikit kelambatannya. Kelambatan ini diperkirakan juga masih akan terasa pada esok hari," kata Anne dalam keterangan tertulisnya, Minggu (14/4/2019).
Anne mengatakan keterlambatan kereta pada Senin (15/4) diperkirakan sekitar 10 hingga 20 menit. (gbr/gbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini