Ini Analisa Kriminolog Terkait Kasus Mayat Dalam Koper

Ini Analisa Kriminolog Terkait Kasus Mayat Dalam Koper

Hilda Meilisa Rinanda - detikNews
Kamis, 11 Apr 2019 12:59 WIB
Lokasi ditemukannya mayat dalam koper di Blitar/Foto file: Erliana Riady
Surabaya - Terhitung sudah delapan hari sejak penemuan mayat dalam koper di Blitar. Namun hingga kini kepolisian masih belum bisa menangkap sang pelaku mutilasi tersebut. Seorang kriminolog angkat bicara mengenai kasus tersebut.

Salah satu kriminolog dari Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya Kristoforus Laga Kleden mengatakan, ada beberapa motif yang melatarbelakangi pembunuhan dengan cara mutilasi itu. Ia menyebut kasus tersebut bukan hal baru di Tanah Air.

"Pembunuhan itu atau tindak pidana pembunuhan mutilasi bukan sesuatu yang baru ya, beberapa tahun belakangan ini sudah sering terjadi di seluruh wilayah. Pembunuhan yang dimutilasi dimasukkan dalam karung dimasukkan dalam kresek dalam kotak dan sebagainya itu boleh dibilang sudah sering terjadi. Nah pertanyaannya itu kan motifnya apa," kata Kristoforus kepada detikcom di Surabaya, Kamis (11/4/2019).

Kristoforus menambahkan, pembunuhan tersebut kemungkinan besar dilatarbelakangi hal-hal yang bersifat private. Menurutnya, sebelum pelaku ditangkap maka akan sulit menyimpulkan motif yang melatarbelakangi mutilasi itu.


"Kalau saya mau bilang motifnya bisa dibilang dilatarbelakangi oleh hal-hal yang sifatnya sangat private yang mungkin saja orang tidak tahu. Yang paling tahu adalah pelaku itu sendiri," lanjutnya.

Tak hanya itu, Kristoforus menambahkan pembunuhan yang diikuti dengan mutilasi juga bisa terjadi karena adanya dendam atau kemarahan yang teramat besar pada korban."Ada dendam sifatnya begitu besar bisa saja atau motif itu adalah ungkapan kemarahan terhadap korban," imbuh Kristoforus.

Selain itu, Kristoforus mengatakan pembunuhan dengan mutilasi bisa juga diartikan sebagai ancaman atau peringatan. Dia melihat, ada kemungkinan pelaku ingin menekankan jika dirinya bisa melakukan apa saja termasuk hal yang paling sadis.

"Melakukan dengan cara dimutilasi kemudian dimasukkan dalam koper ini sebuah peringatan, boleh dibilang begitu ini adalah peringatan bahwa saya bisa melakukan apa saja termasuk saya melakukan mutilasi ini," jelasnya.

Dari sisi lain Kristoforus berpendapat, dalam kejahatan bisa saja korban pembunuhan bukan lah sasaran utama. Menurutnya, kadangkala ada pelaku yang mendendam kepada orang lain, namun justru membunuh korban sebagai peringatan kepada orang tersebut.


"Ini yang bisa saya katakan bahwa boleh saja suatu bentuk kemarin dari si pelaku ungkapan kemarahan, ungkapan emosi dari pelaku terhadap korban atau terhadap situasi di sekitar korban tapi korban ini menjadi sasaran," ungkapnya.

"Sehingga bisa saja menjadi pesan bahwa ada orang lain ada sasaran lain yang belum tercapai. Sehingga kemudian sifatnya menjadi pesan ini menjadi ancaman itu di satu sisi," tambah Kristoforus.

Sedangkan di sisi lain, pelaku sengaja melakukan hal ini karena belajar dari kasus yang pernah terjadi sebelumnya. Misalnya saja mutilasi ini akan lebih mudah menghilangkan jejak dan sebagainya.

"Kalau di sisi lain ini cara-cara semacam ini, cara yang ditiru oleh pelaku bisa saja menjadi cara yang dilakukan pelaku karena ternyata cara semacam ini akan sulit untuk mengungkapkan siapa pelakunya. Kemungkinan si pelaku meniru cara ini sehingga sampai delapan hari ini kan masih belum tertangkap pelakunya," pungkasnya.


Saksikan juga video 'Kasus Mayat Mutilasi Dalam Koper di Blitar Masih Kelabu':

[Gambas:Video 20detik]

(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.