"Acara kampanye itu dicampurbaurkan antara cara kampanye yang nota bene merupakan forum politik dengan kegiatan ibadah dan keagamaan. Ini menjadi terdegradasinya nilai-nilai keagamaan yang seharusnya penuh dengan ajakan-ajakan yang baik (ma'ruf), pesan kerukunan (ukhuwah) dan cinta tanah air (hubbul wathan) dicampurkan dengan kepentingan-kepentingan politik yang muatannya jauh dari ajakan-ajakan yang melekat pada acara keagamaan. Bahkan di dalamnya disertai dengan ujaran kebencian dan fitnah," kata Wakil Ketua TKN, Arsul Sani kepada wartawan, Senin, (8/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini merupakan pengembangan politik identitas yang tidak sehat sebagaimana yang "diprotes" oleh Pak SBY," sebutnya.
![]() |
Selain itu, Menurut Arsul kejadian saf tercampur itu menunjukan manajemen kubu Prabowo dalam melaksanakan kampanye akbar berantakan. Sehingga kegiatan ibadah menjadi tidak teratur.
"Acara tersebut menunjukkan berantakannya manajemen kampanye #02 dalam menjaga keteraturan ibadah salat yang merupakan rukun Islam," ujar dia.
Ketua Umum GNPF-U Yusuf Muhammad Martak sebelumnya menjelasan terkait bercampurnya jemaah laki-laki dan perempuan dalam satu saf. Dia menegaskan tak ada unsur kesengajaan mencampurkan lelaki dan perempuan dalam satu saf salat. Karena kondisi massa yang padat, ada perempuan yang salat di dekat lelaki meski tak bersebelahan. Lokasi kampanye di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.
"Cuma saya tidak tahu di dalam keadaan yang sudah darurat, karena sudah padatnya umat seperti kejadian seperti, ya contoh, seperti di Masjidil Haram, kadang-kadang itu berdekatan, hampir bersebelahan walaupun tidak bersenggolan ya. Sifatnya darurat tapi tidak ada setting saf salat itu, itu hal yang tidak mungkinlah karena kepanitiaannya juga dari kita juga ngerti semualah," kata Yusuf Martak. (ibh/nvl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini