Saat detikcom mengunjugi TK Creative di Desa Kiping, Kecamatan Gondang, Tulungagung, sejumlah orang tua siswa tampak asik bercengkerama sambil memainkan jari jemarinya menganyam bambu dengan berbagi bentuk dan model.
Pemandangan ini mungkin asing bagi sekolah di lainnya, namun bagi TK Creative, aktivitas itulah yang justru memberikan manfaat besar bagi orang tua maupun anak didik mereka, kok bisa ?
Kepala TK Creative, Imroatus, mengatakan kegiatan pembuatan kerajinan dari anyaman bambu tersebut merupakan salah satu program pemberdayaan yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Hasil kerajinan tersebut nantinya akan disetorkan ke sekolah untuk mendapatkan upah.
"Nah, upah itulah digunakan untuk membayar SPP, kalau ada sisa bisa ditabung atau digunakan untuk kebutuhan rumah tangga," kata Imroatus, Senin (1/4/2019).
Upah yang diterima oleh orang tua siswa berbeda-beda, tergantung jenis kerajinan yang dikerjakan, sebab masing-masing kerajinan memiliki harga yang berbeda pula. Untuk anyaman pincuk dihargai Rp 1500 per buah, besek kecil untuk wadah sambal pecel Rp 1000/pasangnya, besek besar untuk tempat kue Rp 4 ribu/ buahnya. Sedangkan keranjang botol madu Rp 3 ribu/buah.
![]() |
"Setelah dipotong biaya bahan, ada yang dapat Rp 60 ribu, nah kalau misalkan dapat Rp 60 ribu nantinya yang Rp 40 ribu digunakan untuk bayar sekolah, sedangkan Rp 20 sisanya bisa dibawa pulang," ujarnya.
Ide pemberdayaan orang tua siswa tersebut awalnya terinspirasi masa kecilnya yang sering membantu orang tuanya untuk menganyam bambu. Dari situlah kemudian Imroatus mencoba menawarkan pada para wali murid, responsnya pun cukup bagus, mereka antusias untuk mengikuti kegiatan itu.
"Sambil menunggu anak, orang tua bisa berkarya. Kami juga mempersilakan untuk dikerjakan di rumah masing-masing," imbuh Imroatus.
Aneka kerajinan berbahan dasar bambu tersebut selanjutnya dipasarkan melalui melalui Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) yang ada di Kecamatan Ngantru, serta melalui reseller yang ada di luar kota.
Kini dari 69 murid yang ada di sekolahnya, 80 persen orang tuanya mengikuti program itu, sedangkan sisanya membayar menggunakan uang seperti biasa. "Tidak semuanya bisa ikut program, karena ada beberapa orang tua yang sibuk dengan pekerjaan rutin, seperti menjadi PNS atau pekerjaan rutin lainnya," jelasnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini