Suku Komodo memang percaya bahwa kadal raksasa itu bisa mengerti bahasa mereka. Tentu saja, sulit diverifikasi apakah komodo betul-betul mengerti atau tidak apa yang diucapkan penduduk menggunakan bahasa asli. Aksan mengatakan ini benar terjadi saat pembangunan listrik dua tahun lalu.
"PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) PLN di pojok kampung itu dibangun awal tahun 2017," kata Aksan yang merupakan Kepala Desa Komodo, saat berbincang dengan detikcom di pulau yang masuk di kawasan Taman Nasional ini, Rabu (27/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kisah Operator PLTD yang Akrab dengan Komodo |
Pembangunan PLTD dilakukan untuk 1.740 jiwa penduduk desa atau 470 kepala keluarga di sini. Belasan pekerja dari luar pulau terlibat pembangunan PLTD. Jelas, mereka tak terbiasa dengan kehadiran komodo. Di tengah pembangunan, komodo mendekat ke lokasi proyek. Pekerja pada panik.
Dua ekor komodo nongkrong di depan para pekerja. Situasi bertambah ngeri karena komodo tidak mau diusir. Ada lagi seekor komodo yang menunggu di pantai, karena lokasi PLTD memang sangat dekat dengan pantai dan tebing berbatu.
Melihat situasi ini, Aksan berusaha mendekat. Sebagai putra asli Suku Komodo, Aksan menerapkan metode yang selama ini juga dipraktikkan nenek moyangnya, yakni berbicara langsung kepada hewan itu dengan bahasa asli Komodo.
"Saya katakan dalam bahasa kami, 'Hu laudiudi! Mokedi hako musiataede. Siataede tauhu tuhu listrik, taunengah kiling hukuhetede!" kata Aksan menceritakan kembali apa yang dia ucapkan kepada hewan yang suka menjulurkan lidahnya itu.
Bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, arti kalimat berbahasa Komodo diatas adalah, 'Kamu pergi jauh-jauh lah sudah! Kamu jangan lagi ganggu mereka ini. Mereka ini mau bangun listrik kita untuk menerangi kampung kita ini!'
Interaksi bahasa antara Homosapiens dan Varanus komodoensis ini memang seperti tidak masuk akal. Namun kata Aksan, komodo itu benar-benar mau pergi dari lokasi proyek setelah dia berbicara dengan Bahasa Komodo. Bila dinalar, ini sama seperti kucing yang diusir dengan ucapan "hus!" atau ayam yang datang ketika dipanggil dengan suara piring dipukul-pukul dengan sendok.
![]() |
Penduduk percaya, komodo berjari lima masih bersaudara dengan penduduk asli, jadi mereka masih bisa mengerti bila manusia mengingatkan. Namun bila komodo berjari empat, maka dipastikan itu tidak bersaudara dengan manusia. Meski begitu, jarang sekali ada komodo berjari empat, bahkan petugas pemandu (ranger) di Loh Buaya Pulau Rinca menyatakan komodo berjari empat hanyalah komodo yang kehilangan satu jarinya gara-gara ulah kanibal sesamanya.
Ini bukan kali pertama warga setempat mengusir komodo dengan bahasa asli. Meski sangat jarang mengganggu penduduk, namun komodo kerap memangsa ternak warga. Bila kepergok, komodo bakal dihalau. "Kemarin ada komodo kejar kambing sampai ke laut. Saya bilang, jangan ganggu," kata Aksan.
Baca berita lainnya mengenai Teras BRI Kapal Bahtera Seva di Ekspedisi Bahtera Seva.
(dnu/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini