"Itu jalan terus (koordinasi dengan Polri) dan setiap ada serangan siber kita selalu koordinasi dengan Mabes Polri dalam hal ini cyber crime. Kita harapkan mereka bisa ungkap dan itu terbukti bisa ditangkap," kata Komisioner KPU Viryan Azis di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (13/3/2019).
Ia menyebut peretas situs KPU juga pernah terjadi pada Pilkada Serentak 2018. Menurutnya, peretas situs penyelenggara pemilu juga terjadi di beberapa negara. Ia menyebut peretas ini terjadi karena perkembangan dunia digital.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena hajatan pemilu berdasarkan pengalaman 4 tahun terakhir di beberapa negara ini bukan hanya bicara konteks dinamika nasional tapi hubungan antarnegara. Contoh dalam 4 tahun terakhir baik Amerika, Eropa, Belanda, Prancis hal itu terjadi dan ini konsekuensi dari globalisasi artinya gimana kami berupaya meminimalisir potensi tersebut. Yang kami lakukan adalah bekerja sebaik mungkin," ujar Viryan.
Viryan pub menduga para peretas ini memiliki motif yang beragam mulai dari hanya ingin tahu hingga kesal kepada KPU. Ia meminta masyarakat yabg tidak suka dengan KPU tidak melakukan hal tersebut. Menurutnya, lebih baik datang ke KPU dan berdiskusi bersama.
"Bisa jadi ada yang kesal ada juga motif lain, atau yang ketiga, ya kalau ada motif lain kita berharap masyarakat di Indonesia jangan melakukan hal demikian, misalnya mengkritisi tahapan penyelenggara pemilu, silahkan bisa komunikasi dengan kita kan kita terbuka selama ini," sebutnya.
Sebelumnya, Ketua KPU Arief Budiman mengatakan situs KPU kerap diserang oleh peretas atau hacker. Arief menyebut, berdasarkan IP address-nya, peretas itu datang dari dalam dan luar negeri.
"Kalau nyerang ke web kita, itu memang ada terus dan itu bisa datang dari mana-mana. Kalau dilihat dari IP address-nya, itu datang dari dalam negeri dan luar negeri," kata Arief di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (13/3).
"Sampai sekarang sudah bisa ditangani," sebutnya.
Baru 52% Pemilih Tahu Tanggal Pencoblosan, Ini Langkah KPU:
(ibh/rvk)