Pascapanen, pengeringan perlu dilakukan untuk mempertahankan kualitas cabai. Namun, banyak petani yang kesulitan dalam mengurangi kadar air cabai karena sebagian besar masih mengandalkan matahari.
"Sehingga saat cuaca mendung, petani kesulitan untuk mengeringkan cabai," ujar mahasiswa angkatan 2013 ini dalam siaran pers yang diterima detikcom melalui Humas ITS, Jumat (8/3/2019).
Oleh karena itu, Gede merancang alat pengering cabai dengan memanfaatkan teknologi vacuum drying. Harapannya, alat tersebut dapat mengeringkan tanpa mengurangi kandungan dan mengubah struktur cabai. Ide tersebut berasal dari hasil diskusi bersama dosen pembimbingnya, Drs Bachtera Indarto MSi dan Drs Hasto Sunarno MSc.
![]() |
"Ditakutkan nanti dapat merusak sel cabainya," imbuh pria berkaca mata itu.
Cara kerja alat yang ia buat yakni dengan memasukkan cabai ke dalam ruang vakum. Atur tekanan dalam ruang tersebut sebesar 80 kilo Pascal (kPa). Di sana cabai dihisap selama tiga menit, lalu dikeluarkan dari ruang vakum untuk ditimbang beratnya secara manual. Hal tersebut dilakukan selama satu jam, dengan rentang waktu selang tiga menit selalu ditimbang.
Mahasiswa asal Surabaya itu mengaku membuat alat tersebut dengan biaya sendiri. Proses pembuatannya memakan waktu sekitar satu bulan. Menurutnya, saat ini alat tersebut masih dalam percobaan dan kajian karena masih memerlukan pembenahan.
"Meski sempat ada kendala, seperti tidak boleh ada kebocoran ruang karena berhubungan dengan tekanan vakum, tapi syukurlah dapat menyelesaikannya. Saya harap alat tersebut dapat berkembang dan bermanfaat, apalagi untuk masyarakat pertanian," pungkasnya. (sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini