Sudirman mengatakan beberapa Pilkada telah terbukti menjadi kuburan bagi lembaga survei yang tak kredibel. "Pilkada DKI, Pilkada Jateng, Jabar, adalah kuburan bagi lembaga survei yang tidak kredibel, dan betapa prediksi mereka itu jauh daripada kenyataan (hasil Pilkada)," ujar Sudirman di Fisipol UGM, Yogyakarta, Rabu (6/3/2019).
Merujuk hal itu, BPN tak menaruh perhatian lebih terhadap hasil survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA. Di mana LSI Denny JA menyebut elektabilitas Jokowi-Ma'ruf mengungguli Prabowo-Sandi dengan jarak 27,7%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena saya sebetulnya sangat berharap karena lembaga survei itu berangkatnya dari saintifik, dari pendekatan ilmiah, maka harusnya (hasil lembaga survei) bisa menjaga obyektif," sambungnya.
Namun, lanjut Sudirman, beberapa prediksi lembaga survei terakhir justru banyak yang keliru. Dia menduga penyebabnya karena beberapa lembaga survei ditengarai berpihak ke salah satu paslon.
"Karena ditengarai sebagian dari lembaga survei itu bukan menjadi pemprediksi independen. Tapi kemudian menjadi bagian dari tim sukses satu kontestan. Nah itu, menurut saya itu sangat merusak demokrasi," tuturnya.
Menurrutnya Pilpres 2019 ini adalah ujian terakhir dari para pengelola lembaga survei, apakah nanti hasil Pilpres akan semakin merusak kredibilitas mereka atau menunjukkan kewibawaan mereka sebagai pakar survei.
Rilis survei LSI Denny JA, Selasa (5/3), tentang elektabilitas capres-cawapres 2019 menyatakan Jokowi-Ma'ruf unggul dengan perolehan 58,7 persen. Sedangkan elektabilitas Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 30,9 persen.
Simak juga video Performa Hukum di Era Jokowi Dinilai Jelek:
(ush/mbr)