"Mohon dukungannya ya Mas, saya nyaleg melalui PAN di Dapil 2 Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto. Barangkali ada keluarga atau teman di wilayah Kranggan," kata Hasymi sembari menyodorkan selembar stiker bergambar dirinya kepada pasien, Rabu (6/3/2019).
Jemari Hasymi begitu cekatan memijat pasiennya di Desa/Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto. Keterampilan yang kini ia miliki sebanding dengan pengalaman panjangnya menjadi seorang tukang pijat. Yakni selama 24 tahun.
Meski profesi tersebut sudah lama ia tekuni, tampaknya Hasymi ingin mencoba peruntungan di bidang lain. Ia ingin menjadi seorang pejabat legislatif.
Berbeda dengan Caleg kebanyakan yang maju dengan bekal modal besar, Hasymi hanya mengandalkan penghasilannya sebagai tukang pijat. Jangankan untuk berkampanye langsung, sekadar membuat baliho atau spanduk saja ia tak mampu. Satu-satunya alat peraga kampanye yang dia buat hanya stiker berukuran 11x11 cm.
![]() |
"Saya hanya buat 800 lembar, biayanya tak sampai Rp 1 juta. Kalau buat APK yang lain saya tak mampu," imbuhnya.
Sebagai tukang pijat, penghasilan Hasymi tergolong pas-pasan. Rata-rata setiap bulan penghasilannya hanya Rp 3 juta. Duda dengan 2 anak itu memilih mencari dukungan melalui para pasiennya.
"Saya sudah mulai mencari dukungan sejak setelah Hari Raya Idul Fitri tahun lalu. Setiap memijat saya sampaikan niat saya nyaleg," lanjutnya.
Komisioner Divisi Teknis KPU Kota Mojokerto Imam Buchori membenarkan Hasymi terdaftar sebagai salah satu Caleg dari PAN. "Beliau Caleg nomor urut 5 dari PAN dapil 2 Kecamatan Kranggan," tandasnya. (sun/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini