"Kita akhirnya membela Indonesia. Bisakah kita membela Indonesia kalau kita tidak cinta pada Indonesia? Tentu tidak bisa. Kalau kita mencintai negeri kita, pasti kita akan bela. Dengan rasa cinta, pasti kita akan membela apa yang kita cintai," kata HNW dalam keterangannya, Kamis (28/2/2019).
Hal tersebut disampaikannya dalam Sosialisasi Kegiatan Bela Negara Lingkup Pemukiman di DKI Jakarta, di Hotel Park Regis Arion, Kemang, Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan mengerti tentang keseluruhan Indonesia, baik geografi, demografi, sejarah, maupun potensinya, kita akan cinta pada Indonesia," ucapnya.
HNW mengungkapkan sejarah lahirnya bela negara, yaitu melalui Keppres No 28 Tahun 2006 tentang Hari Bela Negara, pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Keppres ini untuk mengingatkan bagaimana para pendiri bangsa cinta pada Indonesia dan melakukan segala upaya membela Indonesia pada zamannya.
"Para pendiri bangsa memberi contoh dan teladan bagaimana membela Indonesia tanpa memandang kepentingan kelompok, golongan, perbedaan latar belakang politik, suku, agama," jelasnya.
"Para tokoh itu, seperti Sukarno, Mohammad Hatta, Abdurrahman Baswedan, dan Sjafruddin Prawiranegara, sangat memahami Indonesia sehingga berada di garda terdepan membela Indonesia," sambungnya.
Sejarah tentang bagaimana pendiri bangsa mencintai dan membela Indonesia, lanjut HNW, akan berulang pada generasi-generasi berikutnya. Mencintai dan membela Indonesia dari segala bentuk ancaman dalam maupun luar negeri, oleh para pendiri bangsa pada masa lalu, sekarang pun bisa terulang.
Namun HNW menyayangkan sering kali generasi milenial zaman sekarang sudah lupa pada sejarah Indonesia. Padahal sejarah itu bisa menjadi rujukan bagi generasi milenial untuk mengetahui asal-muasal bela negara itu.
"Kalau kita tidak mempunyai pemahaman yang kokoh dan kuat tentang ideologi negara, sejarah negara, kemudian kewajiban terhadap negara, maka bisa memunculkan kebimbangan. Sangat penting untuk mengingat apa yang dikatakan Bung Karno, yaitu 'Jas Merah', jangan sekali-kali melupakan sejarah," paparnya.
Dengan alasan itulah ia meminta para pelajar mulai mengenali Indonesia.
"Kalau tidak kenal dan sayang, bagaimana kita melakukan pembelaan? Maka kenalilah Indonesia secara kokoh dan kuat. Kenalilah sejarah para pahlawan bangsa Indonesia. Gadget di kalangan milenial agar dijadikan alat untuk semakin mengenali tentang pahlawan bangsa yang menjadi teladan dalam bela negara," pintanya.
"Potensi ekonomi, geografi, alam, Indonesia sangat luar biasa. Sehingga banyak yang tidak suka kalau Indonesia menjadi kuat. Kita diadu domba antar-pihak, kelompok, golongan, suku, agama. Indonesia menjadi pasar narkoba. Ini untuk membuat Indonesia lemah agar bisa dijajah kembali," ujarnya.
Oleh sebab itu, ia menyebut keadaan tersebut seharusnya bisa membangkitkan Indonesia menjadi negara yang berdaulat. Dengan potensi Indonesia yang luar biasa, menurutnya, sudah selayaknya Indonesia dibela.
Sebagai informasi, acara ini dihadiri peserta pelajar sekolah menengah atas di Jakarta, juga Direktur Bela Negara Ditjen Pothan Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Tandyo Budi Revita. (idr/idr)