Seperti diketahui Ridwan Kamil merupakan dewan pengarah Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma'ruf di Jawa Barat.
"Ini namanya sudah ada perbenturan budaya. Gubernur ternyata mencoba sedikit 'nyeleneh' dengan memberi jawaban bahasan milenial terhadap budaya (melalui pembangunan Dilan Corner)," ujar Anggota Komisi V DPRD Jabar Abdul Hadi Wijaya saat dihubungi, Selasa (26/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi teman-teman politisi (menduga), pasti Pak Gubernur sedang mencoba meraih simpati dan mengkampanyekan kepada generasi muda. Ini sangat mudah dibaca ke sana," ucapnya.
Hadi mengingatkan Ridwan Kamil agar lebih fokus dalam menjalankan tugas pokoknya sebagai gubernur. Jangan sampai dia melupakan tugas utamanya sebagai pejabat publik karena mengutamakan kepentingan pemenangan Jokowi-Ma'ruf di Jabar.
"Sekarang banyak pertanyaan, kenapa gubernur sekarang (seperti ini). Okelah kampanye punya hak, tapi supaya lebih memprioritaskan posisi sebagai gubernur. Di sini anggota dewan juga banyak omongan dan sangat menyayangkannya," katanya.
Disinggung kembali penting atau tidaknya pembuatan Dilan Corner, menurut Hadi itu tidak terlalu penting. Tapi yang jelas dia melihat pembuatan Dilan Corner itu kental dengan nuansa politik Pilpres saat ini. Apalagi saat peresmian itu turut hadir Menteri Pariwisata Arief Yahya sebagai pembantu Presiden Joko Widodo yang saat ini sedang berupaya meraih simpati dari berbagai pihak.
"Sulit menjawabnya (pembangunan Dilan Corner itu) ke luar konteks politik," ujarnya.
Dihubungi terpisah pengamat kebijakan publik Unpar Asep Warlan juga memandang ada unsur politik dalam pembangunan Dilan Corner. Apalagi, kata dia, Dilan ini digambarkan sebagai sosok milenial yang cukup mendapat perhatian generasi milenial.
"Karena Dilan ini sosok milenial, nah garapannya mendapat dukungan generasi milenial," ucapnya.
Terlepas dari itu, Asep memandang pembangunan Dilan Corner terlalu berlebihan. Apalagi menurutnya pembuatan 'monumen' itu tidak ada kaitannya dengan nilai budaya, sejarah bagi Jawa Barat.
"Karena penamaan sebuah bangunan, tempat itu ada tiga hal. Pertama karena mendapat pengakuan, manfaat dan pertalian sejarah hari ini dan ke depan. Nah ini ketiganya menurut saya lemah. Manfaat juga apa dan apa hubungan dengan sejarah. Jadi menurut saya agak lebay," ujarnya.
Simak Juga 'Wow! Ridwan Kamil Bakal Buat Taman Dilan di Bandung':
(mso/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini