Menurut Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Jember (Unej) Hermanto Rohman, dari 2 kali debat yang sudah dilakukan, Jokowi sebagai Incumben hanya cenderung menyampaikan keberhasilan selama kepemimpinannya, sementara untuk konsep ke depan jika kembali terpilih sebagai presiden, belum tersampaikan ke masyarakat.
"Dalam konteks misalnya Sumber Daya Alam, detailnya belum tersampaikan. Sementara di sisi lain, Prabowo sebagai kompetitor malah (membahas) lebih banyak klarifikasi. Harusnya menyorot kelemahan (dari program lawan), dan menyampaikan strategi yang harus digambarkan (jika terpilih nantinya)," jelas Hermanto saat dikonfirmasi wartawan, Selasa (26/2/2019).
Kata Dosen Ilmu Administrasi Negara itu, dari 2 kali debat tersebut, Prabowo hanya terkesan klarifikasi dengan terobosan, tetapi konsepnya juga belum terjawab. Sementara oleh Jokowi dijawab sebagai fakta keberhasilan. "Jadi belum tampak bagaimana 5 tahun ke depan ini. Harusnya Prabowo memberikan opsi berbeda, kalau ada strategi lain. Bahkan persoalan krusial juga tidak terjawab di publik," ungkapnya.
Seperti halnya membahas buruh migran, katanya, belum terjawab bagaimana melindungi tenaga kerja itu. "Padahal negara sebenarnya banyak kecolongan, pelanggaran HAM juga menjadi pertanyaan bagaimana konsep ke depannya? Mestinya ada akselerasi, kemudian konsep itu harus lebih diekspos," ujarnya.
Bahkan terkesan, kata Hermanto, dari dua kali debat tersebut, cenderung menguntungkan incumbent. "Karena Jokowi lebih banyak dalam dua kali debat mengeksplorasikan keberhasilannya. Mestinya Prabowo jangan larut hanya mengkritisi, tapi punya terobosan bagaimana ke depan," katanya.
"Sehingga ada pembanding, dan menjadi informasi yang dapat diketahui baik oleh masyarakat luas," tambah Hermanto.
Saksikan juga video 'Kata TKN dan BPN Tentang Moderator Debat Ketiga':
(bdh/bdh)











































