"Monggo terserah dia mengatakan begitu, tapi kami ingin sekali ngomong baik-baik dari hati ke hati dengan Ahmad Dhani, sejam, dua jam, tiga jam," kata Kiai Marzuki di Kantor PWNU Jatim Jalan Masjid Al Akbar Surabaya, Kamis (21/2/2019).
Usai pertemuan, Kiai Marzuki baru bisa menyimpulkan apa maksud Dhani menuliskan surat tersebut. "Setelah ngomong begitu baru kami bisa menyimpulkan Ahmad Dhani itu kayak apa," lanjutnya.
Saat ditanya kapan ingin mengadakan pertemuan, Kiai Marzuki mengaku PWNU terbuka untuk siapapun. Termasuk bagi Dhani yang suatu saat ingin berkunjung. Tak hanya itu, Kiai Marzuki mengatakan kebiasaan orang NU akan sowan dan hormat kepada seseorang yang dianggapnya guru, kiai, atau yang lebih tua.
"Terserah dia, kalau NU kan dia ke sini, kalau hanya politik-politik, main-main kan kita ndak tahu dia NU beneran atau tidak. Biasanya kalau NU beneran, kepada kiai hormat dia," imbuhnya.
Bagi Kiai Marzuki, NU tak hanya wirid atau membaca Qunut usai salat Subuh saja. Namun, santri atau kader NU memiliki rasa hormat yang tinggi kepada kiainya. Rasa tersebut pasti sudah tertanam di hati masing-masing.
"NU Qunut iya, NU Maulid iya. Tapi NU ndak hanya wiridan, qunut, masih ada yang lebih dari itu lagi, namanya hati warga NU, kader NU, santri NU itu terus terkait dengan itu, melanggar guru sedikit pun ndak berani. seperti nggak beraninya sahabat melanggar Rasulullah SAW, sehingga yang didapat sahabat dari Rasulullah itu nggak hanya ilmu, tapi lebih dari itu keterpautan hati ndak pernah putus. Begitu juga nabi dengan Jibril dan seterusnya," papar Kiai Marzuki.
Saksikan juga video 'Isi Surat untuk Mama dari Ahmad Dhani di Balik Jeruji':
(hil/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini