Rudi, tetangga dekat pelaku menuturkan, jika kondisi saat siang perilaku Nardian normal seperti orang waras pada umumnya. Namun dia berubah temperamental saat azan maghrib menggema.
"Pokok pendak azan magrib, wes mulai oyeng (Pokok setiap azan magrib selalu mulai resah)," kata Rudi kepada detikcom ditemui di rumah duka Dusun Sumbermanggis Desa Sumberurip Kecamatan Doko, Blitar, Minggu (17/2/2019).
Rudi menambahkan, dirinya tak tahu persis sejak kapan Nardi mendalami ilmu itu. Gurunya siapa dan lokasinya dimana, Rudi juga mengaku tidak tahu. Hanya dia sering mendengar cerita dari Nardi, usai mereka salat jamaah di masjid kampung.
"Dia itu nyaris tidak pernah bergaul. Saya ngobrol sama dia, lalu dia cerita memperdalam ilmu kebatinan itupun pas jalan sepulang dari masjid," beber pemuda berbadan tegap itu.
Berubahnya perilaku Nardian juga diceritakan sang paman dari istrinya, Ponidi (38). Nardi selama hampir 11 tahun menikah dengan Sri Dewi keponakannya, tidak pernah bertengkar. Jikalaupun ada pertengkaran, itu lumrah bagi pasangan rumah tangga muda.
"Tapi sejak tiga bulan lalu, jadi gampang emosi. Kalau dikasih tahu sama keluarga yang lain, langsung marah-marah," tutur Ponidi di depan ruang jenazah RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
Dan puncak kalapnya Nardian terjadi, Sabtu (16/2) malam. Dia membabi buta menusuk tubuh istri dan anaknya. Kedua korban meninggal di lokasi kejadian. Pelaku langsung melepas baju dan azan di tengah jalan. Sementara Nardi diringkus warga sekitar, lalu diserahkan ke polisi. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini