"Musim kemarau kalau diprediksi BMKG memang masih lama, tapi kami tentunya harus mengantisipasi sejak dini. Bahkan semua pihak, BPBD, TNI, Polri, sampai ke perusahaan harus terlibat," terang Kepala BPBD Sumsel Iriansyah saat ditemui di Palembang, Jumat (15/2/2019).
Pencegahan dini dilakukan karena Bumi Sriwijaya adalah daerah rawan karhutla. Apalagi sebagian besar wilayah Sumsel didominasi lahan gambut yang tersebar di beberapa kabupaten.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puncak kebakaran lahan sendiri pernah terjadi pada 2015. Bahkan karhutla menimbulkan efek bencana asap yang sangat meluas hingga negara tetangga pun protes setelah terkena imbas bencana asap ini.
Tercatat, pada 2015, ada lebih dari 700 ribu hektare lahan gambut yang terbakar. Itu merupakan luasan lahan terbakar yang cukup besar dibanding di tahun-tahun sebelumnya yang asap efek kebakaran tidak sampai ke negara tetangga.
"Kami tidak ingin 2015 kembali terulang karhutla yang luasannya cukup lebar itu. Salah satu upaya ya setiap tahun selalu dilakukan pencegahan dan pengendalian karhutla secara matang," kata Iriansyah.
Jika berdasarkan prediksi BMKG, musim kemarau pada 2019 akan dimulai pada Juni nanti. Sebab, jauh sebelum masuk musim kemarau, semua unsur, termasuk perusahaan, harus bersiap.
"Prediksinya musim kemarau tahun ini terjadi pada Juni nanti, sesuai dengan rencana pada April kami pun akan menetapkan status siaga darurat bencana asap. Ini bentuk komitmen kita bersama semua unsur terkait," tegasnya.
Iriansyah menyebut pihaknya baru saja memetakan wilayah rawan karhutla di Sumatera Selatan, baik di daerah Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Banyuasin, Banyuasin, maupun Muara Enim.
"Selain daerah yang kami petakan juga tetap dijaga. Kami telah imbau kepada perusahaan agar aktif memberitahu kepada masyarakat yang tinggal di area kebun perusahaan. Ini dilakukan agar tak ada potensi kebakaran di Sumsel," katanya.
"Selain sengaja untuk membuka lahan, penyebab kebakaran biasanya karena ketidaktahuan masyarakat. Tetapi ada juga karena unsur kelalaian dan faktor cuaca yang terlalu panas. Termasuk ya lahan konflik," tutupnya.
Sementara itu, Kasi Ops Korem 044/Gapo, Mayor Delvy Marico, menyebut semua pihak memiliki peranan penting dalam mencegah dan menangani karhutla di wilayah masing-masing.
"Berdasarkan catatan kami, di Sumsel pada 2018 ada 41.150 hektare lahan yang hangus terbakar. Sebenarnya Sumsel ini hampir seluruh daerahnya rawan terjadi karhutla. Tapi area luasan yang terbakar itu dominan di lahan gambut," ujar Delvy. (ras/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini