"Ya kita berdoa saja," kata pengasuh Ponpes Raudatul Ulum, Sumber Wringin, Kecamatan Sukowono, Jember Moh. Nadhif Misbah, Senin (11/2/2019).
Menurut pria yang karib disapa Ra Nadhif ini, sebetulnya yang mengerti arah puisi itu adalah Fadli Zon sendiri. Oleh karena itu, seharusnya Fadli Zon jujur kepada siapa puisi itu ditujukan.
"Sebenarnya yang tahu hakikatnya kemana arah puisi itu kan Fadli Zon sendiri. Jadi ya didoakan lah agar dia lebih jujur ke mana arahnya. Kalau memang salah kan tinggal minta maaf. Kalau memang tidak salah, ya biar sama-sama menemukan jalan keluar," ujarnya.
Ra Nadhif berharap situasi sekarang ini tidak semakin memanas. Apalagi di kalangan santri memang sudah ada budaya agar menghormati kiai. Sehingga ketika mereka merasa ada kiai yang diolok-olok, maka banyak santri bereaksi.
"Kita kan diajarkan agar selalu hormat terhadap kiai, terhadap ulama. Jadi ketika santri merasa ada orang yang mengolok-olok kiai, kita kan juga nggak bisa meredam," ujar Ra Nadhif.
Sehingga, lanjut dia, ketika kemarin santri Jember melakukan long march memprotes puisi Fadli Zon dan mendesak politikus Gerindra itu meminta maaf, pihak pondok tidak bisa melarang. Alasannya, itu merupakan hak personal santri.
"Sebab masing-masing santri kan punya pemahaman sendiri tentang puisi itu. Apalagi momennya berbarengan dengan doa Mbah Moen itu," kata Ra Nadhif.
"Yang jelas kalau kita dari pondok tetap berusaha meredam agar situasi tetap kondusif. Minimal kalau mereka tetap demo, ya kita berpesan agar menjaga keamanan sehingga bisa berjalan damai," imbuh Ra Nadhif. (fat/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini