"Situasi politik sekarang ini kan memang membelah (masyarakat). Ini kan akibat dari dua pasangan (capres) yang ini ulangan dari periode yang lalu (di pilpres 2014). Jadi kayak el clasico," ucap Haedar disambut tawa wartawan.
Hal itu disampaikan Haedar di sela seminar pratanwir Muhammadiyah 'beragama yang mencerahkan dalam perspektif politik kebangsaan' di Ruang Sidang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) siang ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskannya, sidang tanwir ini digelar untuk menyikapi dangkalnya pemahaman agama masyarakat, sehingga kerap dimanfaatkan para politikus. Kedua, untuk menyikapi polarisasi akibat kontestasi pilpres 2019.
Menurut Haedar, polarisasi yang terjadi di masyarakat disebabkan karena pilpres 2019 adalah ulangan pilpres 2014. Layaknya laga el clasico yang tensinya tinggi, kedua kubu pun menolak kalah.
"Karena el clasico itu kan muara menang-kalahnya itu tinggi sekali. Nah, akibatnya terjadi apa? Ya to be or no to be. Ketika masyarakat berpolitik to be or not to be, lalu menjadi absolut harus menang dan jangan kalah," paparnya.
"Apa yang terjadi? Itu (keyakinan to be or not to be berpotensi memantik) suasana yang potensial untuk adanya rasa permusuhan, rasa saling terancam, kebencian, dan sebagainya," ungkapnya.
Untuk menghadapi situasi tersebut, kata Haedar, Muhammadiyah mencoba untuk menghadirkan keseimbangan. Muhammadiyah mengajak masyarakat berpikir jernih dalam menghadapi pilpres 2019.
"(Kami) mengajak masyarakat untuk berpikir lebih jernih, lebih kontemplatif, dan kembali pada ajaran agama yang mengajarkan kedamaian, persaudaraan, kemudian juga kebajikan, terus juga nilai-nilai amanah," tutupnya.
Ikuti perkembangan Pemilu 2019 hanya di detik.com/pemilu
Saksikan juga video 'Demi Bangsa, Jokowi Pertaruhkan Jabatan dan Reputasi':
(ush/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini