Lakona adalah seorang pengemis yang menderita penyakit kusta. Dia sehari-hari mengemis di Jalan Hertasning dan Jalan Petterani Makassar diangkut oleh petugas Dinas Sosial Kota Makassar, Sulsel. Lakona bersama istrinya ini sering menjadi langganan tangkapan dinas sosial setempat.
"Ini Lakona penderita kusta dia mengemis setiap hari dan kita tangkap untuk kita bina," kata Kepala Dinas Sosial Makassar Iskandar Lewa saat berbincang dengan detikcom, Jumat (8/2/2019).
Menariknya kata Iskandar, Lakona ini bukanlah sosok yang tidak memiliki harta berharga. Saat ditangkap bersama petugas. Lakona dibawa bersama motor bebek miliknya. Motor bebek kepunyaannya ini, ternyata diparkirkan di seberang jalan sementara dia mengemis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ternyata dia bisa jalan dan dia mau lari dengan menggunakan motornya," ungkap Iskandar.
Sementara itu, Kepala Seksi Disabilitas Dinsos Kota Makassar, Hasna saat ditemui detikcom di kantornya, Jalan Arif Rahman Hakim, Makassar, mengatakan bahwa Lakona adalah pemain lama yang sering mengemis di Makassar. Dia disebut adalah pasien kusta rumah sakit Tadjuddin Chalid, yang merupakan rumah sakit bagi penderita kusta terbesar di Indonesia Timur.
"Dia ini asalnya dari kabupaten lain. Tapi dia tidak mau pulang karena untungnya besar. Rata-rata dia dapat sekitar Rp 300 ribu per hari kalau mengemis dari pagi sampai malam," kata Hasna di ruang kerjanya.
Karena tidak mendapatkan lapangan pekerjaan di daerahnya, Lakona bersama istrinya memilih tinggal di Makassar bersama komunitas penderita kusta lainnya di sebuah kawasan di pinggiran Kota Makassar.
"Akhirnya dia menikmati mendapatkan penghasilan lebih banyak dengan jadi pengemis di sini," kata dia.
Keuntungan ratusan ribu per hari juga didapatkan oleh Dewi (40). Dewi yang ditangkap oleh Dinas Sosial Kabupaten Maros mendapatkan uang hingga Rp 500 ribu per harinya. Dia menyamarkan diri dengan mengubah penampilannya menjadi seorang nenek renta dan meminta belas kasihan warga. Saat diperiksa, ditemukan uang Rp 200 ribu dan satu telepon genggam dari tangan Dewi.
Dewi mengaku sudah lama beroperasi di wilayah Maros, khususnya di warung kopi, rumah makan dan mini market. Dalam sehari, ia bisa mendapatkan uang sebesar Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu.
(tfq/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini