"Mungkin maksud Pak Prabowo itu di negara ini banyak yang tidak jelas karena prosedur itu ditabrak dan yang efektif itu bukan prosedur dan undang-undang atau aturan, tapi malah lobi-lobi di belakang layar, proses-proses negosiasi di belakang layar dan politik dagang sapi, politik dagang kepentingan gitu. Termasuk juga dalam bisnis, akhirnya turun ke dunia bisnis," ujar Fahri kepada wartawan, Kamis (7/2/2019).
"Yang dapat kredit bukan yang bisnisnya layak tapi karena yang bisa menyelesaikan persoalan yang di belakang layar, ya kan, suap menyuap dan sebagainya," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Fahri, kritik Prabowo seharusnya dijadikan sebuah perenungan. Kritik tersebut menurutnya juga bisa dijadikan sebagai visi Prabowo untuk bisa membangun pemerintahan yang bersih.
"Jadi saya kira kritik Pak Prabowo ini harus jadi perenungan dan saya kira sekaligus sebagai visi Pak Prabowo sendiri untuk membangun pemerintahan yang bersih, tidak ada lagi genderuwo dan makhluk halus di belakangnya yang mempengaruhi proses lebih efektif daripada yang formil," ujar Fahri.
Sebelumnya, Prabowo Subianto curhat soal biaya politiknya yang harus paket hemat alias 'pahe'. Prabowo mengaku kesulitan mengambil pinjaman uang di bank.
Prabowo kemudian menanyakan negara ini milik siapa. Dia lalu menyinggung 'genderuwo'.
"Ini negara punya siapa? Punya genderuwo katanya ini. Punya genderuwo," kata Prabowo di Hall Sport Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (6/2). (azr/mae)