Ko Afat misalnya, pria yang menggeluti usaha keluarga pembuatan dodol tersebut sejak tahun 1960 ini mengeluhkan sepinya pemesan. Afat memproduksi usaha turun temurun ini di rumahnya, Jalan Tipar, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi.
"Biasanya kue yang satu ini banyak diburu konsumen menjelang Imlek, tahun ini kita hanya memproduksi 30 ton sementara tahun kemarin sampai 37 ton," tutur Afat kepada awak media di sela kesibukannya mendistribusikan penganan tersebut satu hari menjelang Imlek, Senin (4/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut Afat, kue yang dalam bahasa mandarin bernama Nian Gao atau kue tahunan ini mulai tidak diminati lagi oleh konsumen. "Menjelang Imlek biasanya sebulan sebelumnya sudah dilakukan proses produksi, namun tahun ini mengalami penurunan di banding tahun sebelumnya. Daya tarik pembeli entah kenapa berkurang, biasanya menjelang Imlek budaya kirim dodol china itu ada, kayanya sekarang udah tidak lagi musim," tuturnya.
Setiap kilogram kue keranjang dijual seharga Rp 38 ribu per kilo gram. Dalam satu hari Ia bisa memproduksi hingga 1 ton. Untuk eceran, Afat menjualnya dengan harga Rp 19 ribu
Bagi beberapa warga Tionghoa, mereka percaya menyantap kue keranjang terlebih dulu saat tahun baru Imlek akan mendapatkan keberuntungan dalam pekerjaan. Kue keranjang yang dibuat dari tepung ketan yang punya sifat lengket memiliki makna persaudaraan yang begitu erat dan selalu menyatu.
![]() |
"Kakek saya dulu cerita, bentuk bulat dari kue keranjang tanpa sudut di semua sisi juga punya makna mengagumkan karena melambangkan pesan kekeluargaan tanpa melihat ada yang lebih penting dibandingkan lainnya dan akan selalu bersama tanpa batas akhir," kata Yang Mei Vie, pemesan dodol china. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini