"Sebetulnya saya sudah antisipasi itu (demam berdarah) sejak akhir Desember 2018. Jadi, hampir setiap bulan saya bikin edaran dan sudah kami tugaskan camat dan lurah mengadakan Gebyar PSN," kata Risma di ruang kerjanya Balai Kota Surabaya, Senin (28/1/2019).
Risma menuturkan saat ini dirinya belum menerima laporan warganya yang meninggal akibat gigitan nyamuk aedes aegypti. Meski begitu, ia sudah menerima laporan mengenai korban yang sakit. Untuk itu, ia mengaku sudah berusaha mencegah sedini mungkin setiap tahun.
"Sudah ada 3 korban. Tapi tidak meninggal hanya sakit. Itu di daerah Kecamatan Sawahan," beber mantan Kepala Bappeko dan DKP Surabaya itu.
Kecamatan Sawahan menjadi fokus perhatian wali kota perempuan itu. Sebab selain penduduknya terbesar di antara kecamatan lain, endemi di sana juga tergolong tinggi dalam setiap tahunnya.
"Nanti hari Kamis kalau nggak Jumat saya adakan gebyar PSN lagi di Kecamatan Sawahan. Karena di Kecamatan Sawahan ini penduduknya paling besar," urainya.
"Tahun kemarin juga gebyarnya juga di kecamatan Sawahan. Karena Sawahan ini tertinggi endemisnya. Jadi karena itu tahun kemarin juga kita adakan di Sawahan," lanjut Risma.
Dari gebyar PSN ini, tutur Risma, masyarakat kemudian diajak bergerak untuk sama-sama memberantas sarang nyamuk. Serta program Bu Mentik (ibu memantau jentik) di setiap RT dan RW untuk tanggap
"Preventifnya kami melakukan gerakan ke maayarakat agar masyarakat gerak. Selain itu, kami melakukan pemeriksaan sama bu mentik, agar dilaporkan tiap wilayah itu berapa yang positif," tandas Risma. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini