Tak kurang 600 siswa tingkat SD dari Kota dan Kabupaten Pasuruan mengikuti kejuaraan di Festival Dolanan Yok! 2019 ini. Mereka bersaing menjadi yang terbaik di 11 permainan yang dilombakan, diantaranya gasing, egrang, gobak sodor, bentik, benteng-bentengan dan lainnya.
Anak-anak sangat antusias dengan perlombaan ini. Di bawah terik matahari mereka tetap bersemangat beradu tangkas dalam lomba yang diikuti.
Di arena egrang, jatuh-bangun mewarnai perlombaan. Namun mereka yang jatuh kembali bangkit dan mencoba meraih kembali egrang hingga sampai garis finis. Baik pemenang maupun yang kalah, tetap tersenyum riang.
Di arena permainan benteng-bentengan yang lebih mengandalkan kekuatan fisik, lebih seru lagi. Kejar-kejaran, benturan antar pemain mewarnai perlombaan beregu ini. Meski keringat bercucuran, nafas ngos-ngosan, mereka tetap bermain. Setelah permainan, kedua tim yang bertanding saling bersalaman.
Adu tangkas terlihat di arena lomba bentik, sebuah permainan mirip softball namun dengan batang kayu. Tim yang paling tangkas memukul kayu dan membuatnya melambung jauh hingga tak bisa ditangkap tim lawan bisa dipastikan jadi pemenang.
![]() |
Antusiasme juga terlihat di lomba gasing, gobak sodor dan lainnya. Panas matahari sama sekali tak menyurutkan semangat dan kegembiraan anak-anak.
"Kami dari SDN Bangilan, mau ikut lomba benteng-bentengan. Sudah latihan, semoga menang," kata Ibnu, peserta lomba saat menyiapkan diri.
Persiapan sebelum mengikuti lomba juga dilakukan tim dari SDN Mandaran I. "Kami ikut lomba bentik. Sudah latihan sebelumnya," ujar Fatur Rohman siswa kelas 6 saat melakukan persiapan bersama 3 temannya.
Wakil Ketua Yayasan Bayt al-Hikmah, Widad Bariroh mengatakan Festival Dolanan Yok! sengaja digelar sebagai upaya melestarikan permainan tradisional agar tak punah di tengah banjir gagdet dan permainan digital di tengah masyarakat. Yang muaranya menjaga tradisi dan budaya.
"Kegiatan ini juga untuk mengurangi ketergantungan pada gadget. Agar anak-anak bisa bermain tapi tetap bisa sosialisasi dengan sesama. Permainan tradisonal juga penuh dengan filosofi, seperti kejujuran, sportivitas, kerjasama, tanggungjawab dan mengasah kepercayaan diri. Bisa sosialisasi dan bisa bergembira. Tubuh juga sehat, nggak seperti main gadget hanya diam di rumah," terangnya.
Perempuan berkacamata ini mengatakan festival tahunan ini sudah digelar 3 kali dan pihak pesantren akan terus mempertahankannya karena sambutan peserta sangat baik. Setiap tahun peserta bertambah.
"Kegiatan ini untuk memfasilitasi anak-anak SD sederajat se Kota dan Kabupaten Pasuruan dan besok siswa SMP sederajat tingkat Jatim. Total tambah offisial mencapai 1000 orang. Alhamdulillah pesertanya terus bertambah. Sehinggga kami optimis permainan tradisinal bisa kita lestarikan," pungkasnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini