Warga Jalan Barat RT 05 RW 02 Kelurahan Sempol, Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan itu tetap berupaya mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia memilih bekerja sebagai buruh tani di sawah, meski hanya di saat-saat tertentu saja.
"Ini saya kalau ada uang makannya beli di warung. Tapi kalau lagi ndak ada uang, saya masak sendiri punya beras dari hasil buruh panen padi di tetangga," terang Sadikun sambil menunjuk sebuah karung beras hasil jerih payahnya kepada detikcom, Rabu (23/1/2019).
Sadikun juga mengaku tidak hanya membantu memanen padi, kala musim tanam tiba, tugas lain seperti mencangkul atau mencabuti benih padi juga bisa dilakukan olehnya. Bahkan ia menerima pekerjaan apapun selagi mampu, walaupun hanya dibayar dengan upah seikhlasnya.
"Kadang kalau ada orang nyuruh bersih-bersih rumah tetangga saya terima. Ini rumah yang bagus sebelah juga setiap hari saya yang membersihkan," tandasnya.
Sadikun pun makin terbiasa mandiri sejak sang istri meninggal dunia lima tahun lalu.
Ditambahkan Sadikun, ia tak ingin merepotkan kedua putrinya. Toh anak-anaknya masih kerap mengunjunginya dua bulan sekali atau di kala Idul Fitri tiba.
"Saya ndak mau merepotkan anak karena ekonominya juga pas-pasan. Satu di Kaibon Madiun namanya Satini dan satu di Magetan Desa Tanjung Selor namanya Sainem, " tuturnya.
Beruntung Sadikun juga masih mendapatkan beras raskin setiap bulan. Ia juga memperlihatkan sejumlah kartu jaminan sosial seperti Jamkesmas, Kartu Perlindungan Sosial, dan Kartu Keluarga Sejahtera.
"Dapat kartu ini untuk berobat mas, ke puskesmas gratis kok," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, atap rumah Sadikun sudah banyak yang berjatuhan, temboknya pun rapuh. Bila hujan turun, mau tak mau Sadikun tidur di emperan. (lll/lll)