Nantinya, dalam debat yang digelar 17 Januari 2019 itu, KPU membaginya menjadi enam segmen. Dari enam segmen itu, menurut Arief, pertanyaan dalam dua segmen yang diberikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief menyebut pertanyaan yang diberikan merupakan pertanyaan dari panelis. Bocoran pertanyaan itu pun tidak diberi nomor.
"Jadi sebetulnya ya masih setengah-setengahlah, setengah terbuka," sebut Arief.
Dia juga mengatakan dua segmen merupakan giliran antarkandidat untuk saling bertanya, dua segmen lagi berupa pertanyaan dari panelis. Sedangkan dua segmen lainnya berupa visi-misi dan penutup.
"Jadi kita desain ini acara debat menjadi 'lebih debat'. Rasanya lebih debat. Sebab, empat segmen nanti rasanya lebih debat dan bukan sekadar jawab pertanyaan. Nah, itu bedanya, ya," kata Arief.
Soal tudingan bocoran itu seperti ujian, Arief menepisnya. Sebab, menurut Arief, ujian berlangsung satu arah, sedangkan debat tidak demikian.
"Ya beda, kalau ulangan itu tolong dijawab nih, sudah ya dijawab, lalu dikembalikan kertas jawabannya. (Kalau debat) begitu kamu sudah jawab, saya tanya, kenapa kok jawaban kamu begitu. Nah, ini kan nggak ada yang tahu, tanggapan saya nanti seperti apa. Kemudian, atas tanggapan itu, bisa ditanya lagi. Jadi sebetulnya rasanya tetap rasa debat," kata Arief.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla kurang setuju terkait pembocoran soal debat. JK menganggap kemampuan capres-cawapres akan terlihat saat memberi jawaban spontan.
"Iya, mestinya (jawaban spontan pasangan capres-cawapres itu lebih pas), kalau kita ingin menilai itu kemampuan secara pribadi, kemudian dalam hal kampanye," kata JK di Kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (8/1). (yld/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini