Kapolsek Diwek AKP Bambang Setyo Budi mengatakan sungai yang mengalir di Desa Jatipelem itu kering selama musim kemarau. Menurut dia, banyak limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai dengan lebar sekitar 5 meter tersebut. Akumulasi limbah rumah tangga itu lantas menimbulkan busa saat sungai dilalui air hujan.
"Perkiraan saya bekasnya limbah rumah tangga, juga sisa-sisa pestisida masuk ke sungai, kena air hujan. Pas di dam (pintu air Dukuhan) kena guyuran air akhirnya berbusa," kata Bambang saat dihubungi detikcom, Selasa (8/1/2019).
Menurut Bambang, busa tersebut kecil kemungkinan berasal dari aktivitas pencucian karung bekas di pabrik karung plastik Kecamatan Gudo, Jombang. Menurut dia, jarak pabrik tersebut cukup jauh, yakni sekitar 4-5 Km dari pintu air Dukuhan, tempat munculnya gunungan busa.
Namun, pihaknya belum mengecek aktivitas di pabrik tersebut. Dia berdalih pabrik karung plastik masuk wilayah hukum Polsek Gudo.
"Kalau pun ada pencucian karung, kenapa tak dari dulu muncul busa? Jaraknya cukup jauh, sekitar 4-5 kilometer," terangnya.
Kendati begitu, tambah Bambang, pihaknya menunggu hasil uji laboratorium oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) terhadap sampel air busa. Dengan begitu zat di air sungai yang memicu timbulnya busa dalam jumlah besar akan terungkap.
"Jadi, penyebabnya kita tunggu hasil laboratorium Lingkungan Hidup," tandasnya.
Gunungan busa tiba-tiba muncul di sungai Desa Jatipelem, Senin (7/1) sejak sekitar pukul 17.00 WIB. Busa tersebut menggunung hingga setinggi 5 dari permukaan sungai dengan panjang lebih dari 100 meter. Busa tersebut beraroma wangi seperti sabun. Namun pagi tadi sekitar pukul 08.00 WIB, busa telah hilang dari sungai tersebut.
Fenomena gunungan busa ini sempat membuat heboh warga Jombang. Polisi dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jombang turun ke lokasi untuk mencari tahu penyebab munculnya busa tersebut. Sampel air busa telah diambil untuk diuji kandungannya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini