Tim Peranatan Lampah-lampah Dhaup Ageng, Nyimas Tumenggung Sestrorukmi, menjelaskan prosesi siraman dhaup ageng diawali sungkeman calon mempelai putri ke orangtuanya. Setelah selesai dia mengikuti prosesi siraman di Pakualaman Puro Pakualaman.
Selaku penyiram yakni kedua orangtua calon mempelai putri, lalu GKBRAA Paku Alam X, Bendoro Raden Ayu Prabukusumo, Bendoro Raden Ayu Indrokusumo, Kanjeng Raden Ayu Widiyanti Puspitaningsih, Hj Sudiyati, dan Hj Wuryaningsih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mas Riyo Dwijo Hutomo yang juga dari Tim Peranatan Lampah-lampah Dhaup Ageng Puro Pakualaman menambahkan, setelah prosesi siraman calon mempelai putri usai lalu digelar siraman untuk calon mempelai pria di Parangkarso Puro Pakualaman.
Pihak-pihak yang melakukan siraman calon mempelai pria yakni GKBRAA Paku Alam X, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Gusti Bendoro Raden Ayu Retno Martani, Kemudian dilanjutkan oleh BRAy Retno Rukmini dari Keraton Yogyakarta.
"Selanjutnya (siraman mempelai pria) dilanjutkan BRAY Poeger dari Keraton Yogyakarta. Kemudian ada dua dari Surakarta, Gusti Kanjeng Ratu Galuh Kencono dan Gusti Kanjeng Ratu Wandansari," lanjutnya.
Mas Ngabehi Citropanambang menjelaskan, dalam prosesi siraman mempelai pria hanya dihadiri tiga perwakilan Kerajaan Mataram.
"Kami mengundang catur sagara, catur sagara itu kan persaudaraan kerajaan-kerajaan Mataram Islam," sebutnya.
"Selain menjadi ajang silaturahmi mereka juga kami mintai pangestu saudara-saudara tertua dari Kasunanan, dari Keraton Yogyakarta, dan Mangkunegaran itu kita mintai pangestunya. Kebetulan hari ini Mangkunegaran belum bisa hadir," tutupnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini